Portal Pendidikan Rumah Belajar

Merdeka Belajarnya, Rumah Belajar Portalnya, Maju Indonesia.

Kuliah Umum Level 4 Bersama Mas Menteri

Bapak Ibu guru sekalian merupakan cikal dari guru-guru penggerak, guru-guru dengan inisiatif dan semangat tinggi untuk terus berpacu dengan tuntutan zaman.

Jumat, 05 Februari 2021

RPP PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI

Salam dan Bahagia 

Pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu. 

Dalam pelaksanaan di lapangan, setiap guru pasti menemukan kasus berbeda di kelasnya. Diperlukan sebuah perencanaan pembelajaran berdiferensiasi untuk mengakomodir kebutuhan belajar seluruh siswa. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan dibuat hendaklah memuat strategi diferensiasi konten, diferensiasi proses ataupun diferensiasi produk. Strategi diferensiasi yang dipilih menyesuaikan dengan kebutuhan belajar yang menyangkut kesiapan belajar, minat, dan profil belajar siswa. Strategi diferensiasi tersebut dapat dipilih salah satu ataupun dapat dipergunakan sekaligus ketiganya sesuai dengan kemerdekaan belajar di kelas bapak/ibu.

Baca juga: Penjelasan tentang pembelajaran berdiferensiasi DISINI

Berikut ini adalah sebuah contoh kasus pertama yang dialami guru TK

Ibu Anik adalah guru TK B dengan murid sebanyak 12 orang. Minggu depan, Ibu Anik ingin murid muridnya mengeksplorasi tentang warna. Ia ingin murid-murid menyelidiki apa yang akan terjadi jika warna-warna dicampur. Saat melakukan pemetaan kebutuhan belajar, Ibu Anik mengidentifikasi kondisi
seperti di bawah ini:

  • Sebagian besar murid-muridnya sudah dapat mengikuti instruksi yang terdiri dari dua langkah.
  • 4 orang muridnya dapat mengikuti instruksi lebih dari dua langkah dengan cepat dan mandiri.
  • 2 orang muridnya masih belum dapat mengikuti instruksi dengan baik.
Mereka masih sering melakukan sesuatu yang melenceng dari instruksi yang diberikan, sehingga perlu diberikan instruksi satu demi satu, selangkah demi selangkah.

Berikut ini RPP yang mengakomodasi profil belajar murid seperti yang dideskripsikan di atas!
Sumber : 
CGP Karangasem 1 : Bapak Doni Wiputra, Bapak Subrata, dan Bapak Agus Primandana 
RPP tersebut dapat didownload [DISINI]

Kasus ke dua adalah yang dialami guru SD sebagai berikut.

Pak Anto mengajar di kelas 1 Sekolah Dasar dengan jumlah murid 32 orang. Murid - murid di kelas Pak Anto tentunya memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Pak Anto menemukan ada 6 murid yang belum mampu membaca dan menulis, serta terdapat 2 anak berkebutuhan khusus yang mengalami hambatan penglihatan sedang. 
Salah satu kompetensi dasar yang harus dicapai oleh murid di kelasnya berbunyi:
Murid dapat menyampaikan penjelasan (berupa gambar dan tulisan) tentang anggota tubuh dan panca indera serta perawatannya menggunakan kosakata Bahasa Indonesia dengan bantuan bahasa daerah secara lisan dan/atau tulis. 

Berikut ini merupakan RPP yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan murid di kelas tersebut untuk membantu murid mencapai kompetensi dasar di atas.

Sumber: CGP Karangasem 1
Ibu Ayu Sunaryati, Bapak Purnawan, dan Bapak Kertiyasa. 
RPP tersebut dapat didownload [DISINI]

Kasus ketiga dialami guru SMA
Pak Aditya adalah seorang guru bidang studi Sosiologi di Kelas 10. Salah satu Kompetensi Dasar yang harus dikuasai oleh muridnya adalah sebagai berikut:
Melakukan penelitian sosial yang sederhana untuk mengenali ragam gejala sosial dan hubungan sosial di masyarakat. Setelah mendiskusikan dengan murid-muridnya, ia menemukan bahwa mereka memiliki ketertarikan yang berbeda. Ada yang tertarik pada isu budaya, ekonomi, lingkungan dan psikologis.

Berikut ini RPP untuk mendiferensiasi pembelajaran sehingga murid semangat dan memiliki keterlibatan penuh dalam pembelajaran

Sumber : CGP Karangasem 1
Ibu Eka Pratiwi, Ibu Darmini, dan Bu Sri Darmayanti
RPP tersebut dapat didownload [DISINI]

Demikian tiga kasus yang dialami oleh ketiga guru pada jenjang yang berbeda. Saya yakin bapak/ibu guru memiliki banyak kasus lain di kelas bapak/ibu. Mari bersama mengakomodir seluruh kebutuhan siswa yang muaranya nanti adalah siswa memiliki kecakapan hidup berupa keterampilan sesuai dengan kesiapan belajar, minat, dan profil belajar. 
Panjang umur perjuangan guru penggerak.



Minggu, 31 Januari 2021

AKSI NYATA BUDAYA POSITIF SEKOLAH

Salam dan Bahagia Calon Guru Penggerak di Seluruh Indonesia.

Kali ini admin sahabatsains.com akan membagikan aksi nyata program guru penggerak angkatan 1 pada modul 1.4, yaitu Budaya Positif di Sekolah.


BUDAYA 5S (SENYUM , SAPA, SALAM, SOPAN, DAN SANTUN ) 

MEWUJUDKAN KONSEP PAWONGAN

ARTIKEL

Oleh:

Nyoman Sri Darmayanti

Guru di SMP Negeri Satu Atap Sangkan Gunung, CGP Kab. Karangasem


A. LATAR BELAKANG

Pendidikan karakter yang menekankan pada berbagai dimensi dalam proses pembentukan pribadi, diharapkan mampu membendung berbagai kemungkinan-kemungkinan negatif yang secara perlahan akan menghilangkan budaya bangsa. Melalui pendidikan karakter diharapkan permasalahan yang timbul dari pergeseran etika dan moral yang dilakukan oleh para generasi muda akan semakin menurun atau bahkan menghilang.

Bali sebagai pulau yang mengedepankan rasa humanisme memiliki beberapa konsep budaya yang melekat dalam kehidupan masyarakatnya. Konsep Pawongan adalah Salah satu bagian dari Tri Hita Karana dalam menjaga keharmonisan hubungan di Bali. Pawongan merupakan sebuah konsep bagaimana membina hubungan harmonis antara sesama manusia. Diperlukan sebuah seni untuk membina hubungan agar selalu berjalan dengan baik. 

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan agar tercipta sebuah pola hubungan pawongan yang baik, yaitu: 

Memiliki pemikiran yang universal, sebagai manusia kita harus mampu untuk mengembangankan pandangan yang universal berdasarkan pemahaman pada asas-asas spiritual. Kita tidak akan bisa mendapatkan kemajuan dalam kebijaksanaan dan pemahaman yang lebih tinggi tentang spiritual melalui pandangan yang sempit. Semua bentuk pemujaan dan meditasi, yang dianggap sebagai praktik spiritual, namun sebenarnya adalah penyimpangan mental bila itu ditujukan untuk menyenangkan pikiran semata. Tuhan digambarkan sebagai ayah, ibu, kakak, teman dan seterusnya. Ketahuilah bahwa kita adalah satu. Kalian ada di dalam Tuhan dan Tuhan ada dalam diri kalian, pencerminan diri kita juga ada dalam diri orang lain. Spiritualitas berarti menyadari penyatuan kita dengan Tuhan, kita dengan ciptaan-Nya yang lain, kita dengan lingkungan. begitu kita mendapatkan keyakinan ini maka berbagai macam sadhana spritual tidak akan diperlukan lagi. Kesatuan ini seharunya tidak hanya konsep intelektual semata itu seharusnya menjadi sebuah realitas hidup.


Menjadi pribadi yang ramah, sikap ramah ibarat air segar yang bisa menawarkan rasa haus manusia akan sebuah rasa penghormatan. Hendaknya kita selalu melihat sisi baik pada sikap dan perbuatan orang lain. Bersikap ramah dengan tulus.Dewasa ini kondisi karakter peserta didik di sekolah sedikit memprihatinkan, baik secara emosional, tindakan maupun perilaku sosial peserta didk. Diperlukan upaya pembentukan budaya positif sekolah untuk membentuk profil pelajar pancasila sesuai tujuan dari merdeka belajar. Pendidikan karakter yang menekankan pada berbagai dimensi dalam proses pembentukan pribadi, diharapkan mampu membendung berbagai kemungkinan-kemungkinan negatif yang secara perlahan akan menghilangkan budaya bangsa ini. Sehingga diharapkan permasalahan yang timbul dari pergeseran etika dan moral yang dilakukan oleh para generasi muda akan semakin menurun atau bahkan menghilang.
Banyak sekali program yang ditemukan untuk meningkatkan nilai karakter diri para peserta didik, salah satu program yang bisa diterapkan untuk menanamkan pendidikan karakter para peserta didik adalah membiasakan budaya
5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun). Program ini merupakan kegiatan yang sederhana, namun memiliki peranan dalam mewujudkan hubungan yang harmonis antara sesama (Pawongan)

B. TUJUAN AKSI NYATA

Adapun tujuan kegiatan ini sebagai berikut:

  1. Peserta didik dapat menggunakan bahasa yang sopan ketika berbicara dengan guru dan teman-temannya.
  2. Dengan senyum peserta didik merasa lebih damai, senang, dan gembira berada di lingkungan sekolah
  3. Dengan sapa dan salam mempererat tali persaudaraan dan mencairkan suasana
  4. Dengan pembiasaan sopan dan santun akan terbentuk pribadi yang baik sehingga tercipta harmonisasi antar semua warga sekolah (Pawongan).

C. DESKRIPSI AKSI NYATA

Pembiasaan budaya 5S diawali dengan mengadakan kesepakatan kelas. Kelas yang penulis pakai sebagai subyek adalah kelas IX A karena penulis merupakan wali di kelas tersebut. Adapun runtutan kegiatan aksi nyata Budaya 5S mewujudkan konsep Pawongan ketika masa pandemi Covid-19 di semester genap tahun pelajaran 2020/2021 sebagai berikut.

  1. Mengadakan diskusi bersama peserta didik kelas IX A melalui aplikasi Zoom untuk membentuk kesepakatan kelas terkait budaya positif yang akan diterapkan di kelas IX A. 
  2. Pendapat-pendapat peserta didik diketikkan di dokumen melalui aplikasi Google Doc. 
  3. Setelah terdapat kesepakatan kelas dimana salah satunya adalah penerapan budaya 5S, guru dan peserta didik menandatangani kesepakatan kelas tersebut.
  4. Guru memantau aktivitas peserta didik ketika mengumpulkan tugas secara langsung ke sekolah, ketika berdiskusi di grup kelas melalui WA atau classroom.
  5. Hasil pemantauan disampaikan kepada Kasatdik dan guru lain sebagai bahan refleksi.

Tolak ukur keberhasilan dari pelaksanaan kegiatan ini sebagai berikut:

  1. Peserta didik terbiasa memberi salam ketika berkomunikasi dengan teman, guru dan pegawai termasuk kepada tamu yang datang.
  2. Peserta didik terbiasa memberikan senyum dan sapaan hangat ketika bertemu dengan teman, guru atau pegawai termasuk kepada tamu yang datang
  3. Peserta didik berperilaku sopan dan santun dalam kesehariannya di sekolah.


D. HASIL AKSI NYATA

Pelaksanaan budaya 5S di masa pandemi diupayakan tetap dilaksanakan. Adapun hasilnya, yaitu sebagai berikut:

  1. Pembiasaan mengadakan kesepakatan kelas dalam membentuk budaya positif awalnya memang belum biasa dilakukan oleh peserta didik karena mereka belum terbiasa memberikan pendapatnya. Setelah dituntun dengan pertanyaan-pertanyaan membentuk kebiasaan baik di sekolah. beberapa peserta didik mulai memberikan pendapatnya.  Aplikasi virtual yang digunakan adalah zoom meeting.  komentar peserta didik dituliskan di kolom chat. Dari beberapa pendapat disepakatilah Budaya Positif yang akan dilakukan, yaitu: a) mentaati protokol kesehatan, b) budaya 5S (Senyum, sapa, salam, sopan, dan santun), c) mengumpulkan tugas tepat waktu, d) menjaga iman dan imun agar aman.
  2. Poster kesepakatan kelas digital  yang dibuat ditandatangani dan dishare di grup WA kelas IX A.
  3. Perilaku peserta didik ketika mengumpulkan tugas mulai diamati ketika kesekolah peserta didik memakai masker untuk mematuhi protokol kesehatan. Ketika bertemu dengan guru peserta didik tidak memberikan salam dengan berjabat tangan namun dengan salam panganjali, yaitu mencakupkan tangan dan menyapa guru yang ditemuinya.
  4. Pada awalnya ketika murid bertanya kepada guru lewat WA, banyak yang memulai percakan dengan mengetik hurup "P" yang artinya "ping" untuk mengetahui apa gurunya sedang online atau tidak. Perlahan dengan adanya kesepakatan kelas untuk berlaku sopan dan santun, peserta didik mulai terbiasa menggunaan sapaan yang sopan dan bertemu guru di sekolah berperilaku santun. 
  5. Kegiatan pembentukan budaya positif di sekolah mendapatkan apresiasi yang baik dari kasatdik dan guru lain. Guru-guru mulai juga memulai untuk mengadakan kesepakatan kelas pada murid walinya untuk membentuk budaya positif. Hal tersebut menjadi langkah awal mewujudkan hubungan yang harmonis dengan peserta didik dan warga sekolah (konsep pawongan).

E. REFLEKSI 

Kebaikan yang diperoleh dari aksi nyata ini adalah pembiasaan membangun kesepakatan kelas bersama peserta didik dengan mendengarkan keinginan peserta didik, mewujudkan hubungan yang harmonis dengan warga sekolah melalui buaya 5S, dan perubahan sikap ke arah yang positif pada peserta didik, terutama dalam hal berkomunikasi dengan guru melalui aplikasi WA pada masa belajar dari rumah (BDR). 

Kelemahan pada pelaksanaannya adalah tidak dapat membiasakan secara nyata di kelas secara tatap muka  karena masih pandemi. 

F. PERBAIKAN YANG DILAKUKAN

Jika nanti pembelajaran dapat berjalan normal, poster kesepakatan kelas akan dipasang di depan kelas supaya dapat dilihat untuk dilaksanakan oleh peserta didik. Hal ini juga dilakukan oleh wali kelas yang lain guna membentuk budaya positif sekolah.

G. DOKUMENTASI KEGIATAN


 kesepakatan kelas digital yang ditandatangani wali kelas dan murid wali

Memberikan salam kepada guru ketika ke sekolah menanyakan informasi tugas

Memberikan salam ketika di awal semester mengambil buku paket ke sekolah




Sabtu, 30 Januari 2021

AKSI NYATA PENERAPAN INKUIRI APRESIATIF MELALUI MADING BALI

Salam dan Bahagia Sahabat Sains

Kali ini saya, Mbok Nyoman akan berbagi aksi nyata Modul 1.3 Pendidikan Guru Penggerak dalam menumbuhkan budaya literasi membaca dan menulis bagi murid di SMP Negeri Satu Atap Sangkan Gunung ketika belajar dari rumah (BDR). Kegiatan ini merupakan sebuah terobosan  ke arah perubahan positif dengan menggiatkan kebiasaan membaca. Seperti apa pelaksanaan aksi Mading Bali? 

Berikut ini merupakan artikel aksi nyata saya dengan melaksanakan pendekatan inkuiri apresiatif dalam mewujudkan sekolah yang berbudaya literasi. Inkuiri apresiatif (IA) merupakan sebuah pendekatan menuju ke arah perubahan dengan mengambil segala kebaikan dan hal positif setiap komponen sekolah. 


PENERAPAN INKUIRI APRESIATIF

MEWUJUDKAN GENERASI LITERAT MELALUI MADING BALI


OLEH:

NYOMAN SRI DARMAYANTI 

CALON GURU PENGGERAK, KABUPATEN KARANGASEM, BALI


A. LATAR BELAKANG

Merdeka belajar adalah kebijakan besar dalam rangka mewujudkan transformasi pengelolaan pendidikan di Indonesia. Salah satu terobosan merdeka belajar, yaitu pelaksanaan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM). Fokus AKM ini akan menguji dua kompetensi siswa yaitu kompetensi literasi dan numerasi. Salah satu tujuan pelaksanaan AKM yaitu menumbuh kembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah agar mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat.

Jelas AKM ini akan benar-benar membawa perubahan karakter pada siswa apabila guru-guru juga siap menjadi seorang yang literat dalam menyikapi sebuah perubahan. Karena sejatinya semua anak itu 'istimewa' apabila guru bisa mengembangkan keistimewaannya. Literasi membantu kita membentuk pola pikir, perilaku, dan membangun karakter manusia untuk peduli dan bertanggung jawab terhadap dirinya dan masyarakat, serta alam semesta. 

Literasi tidak diartikan dalam konteks yang sempit yakni membaca dengan membawa buku saja, tetapi segala bentuk kegiatan yang bertujuan untuk menumbuhkan kebiasaan untuk gemar membaca dan memberikan pemahaman terhadap peserta didik mengenai pentingnya membaca. Di dalam budaya literasi semua kegiatan dilakukan dengan suasana yang menyenangkan sehingga kegiatan peserta didik tidak merasa bosan saat budaya literasi itu dilaksanakan.Selain itu, bermanfaat juga untuk menumbuhkan mindset bahwa kegiatan membaca itu tidak membosankan bahkan menyenangkan.

Menjawab tantangan budaya literasi yang masih rendah di sekolah, selaku pendidik penulis merencanakan kegiatan aksi nyata Majalah Dinding budaya literasi (MADING BALI). Mengingat di semester genap masih tetap dilakukan pembelajaran secara daring. Maka pembiasaan budaya menuliskan apa yang dibaca dapat dilaksanakan di rumah.

B. TUJUAN KEGIATAN

Adapun tujuan kegiatan Mading Bali ini sebagai berikut:

  1. Menerapkan  pendekatan inkuiri apresiatif menuju perubahan ke arah yang lebih baik bagi sekolah.
  2. Menumbuhkan budaya literasi baca dan tulis ketika belajar dari rumah (BDR).
  3. Memupuk kreativitas dalam membuat majalah dinding (mading).
C. DESKRIPSI AKSI NYATA

Guna menerapkan inkuiri aprsesiatif, untuk mengawali kegiatan Mading Bali saya menggunakan alur BAGJA dalam merealisasikan perubahan menuju budaya literasi bagi peserta didik ketika di rumah. Alurnya sebagai berikut.

Pertama, Buat Pertanyaan
Pertanyaan yang dapat saya simpulkan adalah sebagai berikut:
  1. Bagaimana cara menumbuh kembangkan budaya literasi peserta didik di SMP Negeri Satap Sangkan Gunung?
  2. Dukungan apa saja yang diperlukan?

Kedua, Ambil Pelajaran
Dari pertanyaan di atas, saya menelaah hal positif yang dimiliki sekolah untuk mewujudkan pelaksanaan budaya literasi ketika belajar dari rumah, sebagai berikut
  1. Peserta didik memiliki buku pelajaran, majalah, atau koran dirumahnya yang dapat dibaca.
  2. Pentingnya menumbuhkan budaya membaca dan menulis di masa pandemi ini untuk membiasakan siswa memahami bacaan menuju pelaksanaan asesmen kompetensi minimum (AKM).
Ketiga, Gali Impian
Berdasarkan hal-hal positif yang telah dipilah, langkah selanjutnya adalah menentukan harapan yang disasar dari pelaksanaan kegiatan. Adapun hal yang penulis harapkan melalui kegiatan Mading Bali, yaitu 
  1. Menumbuhkan budaya literasi baca dan tulis ketika belajar dari rumah (BDR).
  2. Memupuk kreativitas dalam membuat majalah dinding (mading).
Keempat, Jabarkan Rencana
Adapun rencana saya sebagai berikut:
  1. Minggu ke-1 di semester genap tahun pelajaran 2020/2021 melakukan komunikasi dengan kasatdik terkait rencana yang akan dilakukan
  2. Minggu ke-2 mulai mensosialisasikan ke peserta didik kelas IX 
  3. Minggu ke-3 Mengumpulkan hasil Mading dan pemberian komentar
  4. Minggu ke-4 Merefleksikan bersama guru lain. 
Kelima, Atur eksekusi
Bagian yang terpenting yaitu eksekusi terhadap rencana. Berikut ini merupakan runtutan kegiatan yang telah saya laksanakan untuk mewujudkan Mading Bali.
  1. Bertemu dengan kasatdik memaparkan rancangan aksi
  2. Mensosialisasikan di Grup WA kelas IX untuk membuka pengumuman pada Classroom terkait aksi Mading Bali.
  3. Mengadakan kesepakatan bersama anak-anak melalui grup WA kelas IX terkait jadwal pengumpulan. Dalam hal ini disepakati satu minggu untuk pengerjaan mading. 
  4. Dokumentasi Karya Mading Bali dan dokumentasi foto ketika mengerjakan dikumpulkan di Classroom mata pelajaran prakarya
  5. Hasil karya berupa mading dikumpulkan ke sekolah dengan kesepakatan waktu pengumpulan supaya tidak bergerombol dan tetap melaksanakan protokol kesehatan ketika ke sekolah. Anak-anak langsung pulang setelah menyetor mading
  6. Hasil kegiatan tersebut dilaporkan kepada guru lain pada rapat rutin bulanan dan diadakan refleksi nilai positif dan kelemahan yang perlu di atasi.
Tolak ukur pelaksanaan aksi nyata ini adalah antusias peserta didik berproses, dimulai dari  kegiatan membaca, menulis, hingga berkreasi dalam pembuatan mading. Hal itu dapat dilihat dari keaktipan mengirim dokumentasi foto kegiatan ke classroom dari proses persiapan hingga finish. Produk berupa mading dikumpulkan dan di cek berapa orang yang sudah mengumpulkan. 

D. HASIL AKSI NYATA

Hasil dari pelaksanaan kegiatan aksi nyata sebagai berikut.
  1. Sekolah sebagai institusi pengembangan karakter pasti memiliki hal positif yang dapat digunakan untuk mewujudkan perubahan menuju budaya literasi warga sekolahnya, utamanya kepada peserta didik sebagai generasi muda. Komitmen guru sangatlah diperlukan dalam menuntun peserta didik menemukan potensi dalam dirinya.
  2. Guru dapat menuntun pembiasaan budaya membaca dan menulis dengan kegiatan yang tidak membosankan. Hal yang dapat dilakukan, yaitu memupuk kreatifitas peserta didik melalui pembuatan majalah dinding. Majalah dinding yang dibuat dibebaskan bentuk dan bahannya sesuai kreasi anak. Anak begitu antusias dalam membaca dan mengambil inti bacaan dan menuliskannya dengan indah pada mading.
  3. Melalui pembuatan majalah dinding, berbagai karya kreasi peserta didik dapat dituangkan dalam mading. Hasil mading sangat luar biasa. Peserta didik sangat antusias mengerjakannya di rumah. Bahan yang digunakan dalam pembuatan mading sangat bervariasi. Tidak ada satupun karya yang isi bacaannya sama. Itu mengindikasikan peserta didik memang benar-benar membaca bacaan dari sumber yang berbeda, tidak sekedar menjiplak bacaan temannya.
E. REFLEKSI AKSI NYATA

Pelaksanaan mading bali sebagai upaya mewujudkan peserta didik yang literat sangat baik diterapkan untuk dijadikan pembiasaan. Walaupun nantinya karya mading tidak dikumpulkan, harapan selanjutnya adalah peserta didik terbiasa membaca sebuah bahan bacaan dan menarik kesimpulan dari apa yang telah dibaca. Hal tersebut akan sejalan dengan program AKM yang tengah didengungkan oleh Kemendikbud.

Hal yang masih menjadi kendala dalam pelaksanaannya adalah beberapa peserta didik ada yang tidak mengumpulkan tugas. Karena tidak mengetahui informasi dikarenakan tidak memiliki HP. 

Sebanyak 2 orang di kelas IXA belum mengumpulkan mading, dikelas IXB 4 orang, dan di kelas IX C hanya 1 orang.  Penulis meminta ke teman yang rumahnya  dekat untuk menginformasikan tugas tersebut dan menitipkan pesan supaya lebih sering berkomunikasi dengn temannya untuk menanyakan tugas karena anak tersebut tidak memiliki hp dikeluarganya. 

F. RENCANA PERBAIKAN DI MASA MENDATANG

Apabila pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan normal secara tatap muka, kegiatan pembuatan mading akan dilanjutkan di sekolah dan dilaksanakan oleh wali kelas masing-masing untuk mengkoordinir pelaksanaannya. Buku yang akan dibaca akan disiapkan oleh tenaga perpustakaan. Hal ini merupakan imbas yang baik dalam pengoptimalan peran perpustakaan sekolah sebagai penyedia sumber bacaan mengingat belum maksimalnya pemanfaatan perpustakaan. 

G. Dokumentasi Kegiatan


Informasi pembuatan mading bali di Classroom


Budaya Membaca

Budaya Membaca


Budaya Membaca 


Membuat Mading

Membuat Mading 

Karya Mading Bali 


Karya Mading Bali

Karya Mading Bali

Karya Mading Bali


Karya Mading Bali




                                       Penilaian mading

Jumat, 29 Januari 2021

Pemanfaatan Tools Google Suite for Education Pada Mata Pelajaran Prakarya

Salam dan Bahagia 

Kali ini sahabat sains akan berbagi pengalaman menggunakan tools dari Google Suite For Education melalui akun belajar yang diberikan pemerintah. Kali ini saya akan mengulas pemanfaatannya pada mata pelajaran prakarya di kelas VII dan IX SMP Negeri Satu Atap Sangkan Gunung.


Penggunaan Tools dari Google Suite for Education

Google Docs

Pemakaian Tools Google Docs. saya pakai untuk Lembar Diskusi Peserta Didik (LKPD) online membahas tentang pengolahan. Peserta didik diinstruksikan untuk mengupload foto sebagai identitas, nama, nomor dan kelasnya kemudian satu foto makanan favoritnya lengkap dengan bahan utama dan bahan lain yang dibutuhkan dalam pengolahannya. 

Berikut dokumentasi pelaksanaan diskusi melalui LKPD Online. 

Klik gambar supaya tampilannya lebih jelas



Selanjutnya di bawah ini merupakan hasil diskusi pada lembar kerja peserta didik kelas VII pada mata pelajaran prakarya dengan tema membuat kerajinan dari limbah lunak organik. Peserta didik diajak merencanakan karya dan bahan yang digunakan berdasarkan minat mereka. Hal ini merupakan pembelajaran yang mengarah pada diferensiasi produk berdasarkan kebutuhan minat peserta didik. Saya mendata terlebih dahulu kira-kira minat mereka ingin membuat apa, dan apa bahan yang diperlukan. Apakah sudah sesuai dengan konten yang disasar pada tujuan pembelajaran (limbah lunak) atau belum. Jika belum saya memberi konfirmasi pada kolom catatan guru. Misalnya bahan bambu bukan termasuk limbah lunak. 

Google Classroom
Sebagai LMS saya menggunakan Google Classroom untuk berdiskusi, mengumpulkan tugas dan memberikan informasi sumber belajar.


Berikut ini merupakan pengumuman yang saya sampaikan di tugas kelas IX pada classroom saat mengajar prakarja aspek kerajinan. 
berikut ini hasil pengumpulan tugas di classroom untuk mengumpulkan mading budaya literasi di kelas IX. 

Google Meet
Untuk Tatap maya saya menggunakan fasilitas dari Google Meet 

Google Form
Evaluasi dan absensi dilakukan dengan memanfaatkan Google Form. 







Langkah Belajar di kelas IX
Pada materi prakarya aspek pengolahan kelas IX. Saya menuntun peserta didik untuk memahami prinsip pengolahan teknik basah dan kering. 
Pertama yang saya lakukan adalah memberikan link menggunakan aplikasi Google docs. Di grup WA sebagai lembar diskusi online.  Peserta didik menuliskan makanan kesukaannya beserta bahan-bahan yang diperlukan dalam pengolahannya. Di bawah ini hasil kerja peserta didik kelas IX mengerjakan LKPD memanfaatkan Google docs. 




Pada pertemuan selanjutnya, disepakati waktu mengadakan pertemuan tatap maya. Pada saat diskusi dengan Google Meet peserta didik mengkomunikasikan  makanan kesukaan yang dituliskannya pada LKPD digital. Peserta didik memaparkan bahan utama yang dipakai dan bahan pendukung pengolahan makanan kesukaannya. Dilanjutkan dengan guru memberikan pertanyaan pancingan seputar teknik pengolahan yang digunakaan. 




Penggunaan fasilitas share screen untuk menampilkan materi

Penggunaan chat pada aplikasi Google Meet untuk berdiskusi bagi yang tidak ingin menyampaikan jawaban secara langsung 

Pemanfaatan Wa untuk memberikan informasi


Refleksi
Kendala yang dihadapi sangatlah banyak terutama beberapa peserta didik tidak memiliki kuota yang memadai. Sekali lagi pembelajaran di masa pandemi merupakan pembelajaran darurat yang tidak pernah kita bayangkan. Segalanya tidak bisa kita paksakan pada anak, namun bukan berarti guru meski diam. Teruslah bergerak, fasilitasi anak-anak kita dengan media dan  sumber pembelajaran dalam berbagai bentuk yang kiranya dapat dijangkau peserta didik.  
Solusinya di sekolah, saya bagi anak yang tidak memiliki kuota diwanti-wanti untuk selalu berkomunikasi dengan teman terdekat untuk memperoleh informasi. Tugas dapat dikumpul ke sekolah jika tidak memiliki hp. Tentunya jika ke sekolah wajib memakai masker. Hal ini memerlukan kerjasama yang baik antara guru dan wali kelas dalam mendata perkembangan belajar anak. 

Perbaikan di masa mendatang 
Apabila sudah belajar dengan tatap muka namun pandemi belum berakhir, sistem blended learning bisa dilaksanakan dengan memanfaatkan tools dari Google Suite for Education. 

Demikian pemanfaatan Tools dari Google Suite for Education serta akun belajar.id. pada mata pelajaran prakarya di sekolah saya.  


Semoga bermanfaat dan menginspirasi. 

Kamis, 21 Januari 2021

Kerajinan Limbah Lunak Organik Mata Pelajaran Prakarya Kelas 7

Pengertian Limbah Lunak Organik
Limbah lunak organik lebih banyak berasal dari tumbuh-tumbuhan. Semua bagian dari tumbuhan yang dapat dikategorikan limbah dapat diolah menjadi produk kerajinan. Namun, semuanya harus melalui pengolahan terlebih dahulu, agar diperoleh bahan baku yang baik. Contohnya daun-daunan, kulit buah, kulit sayuran, batang tumbuhan atau hasil olahan tumbuhan seperti kertas. Limbah lunak organik juga dikatakan limbah basah. Penyebabnya limbah lunak ini termasuk sampah yang mempunyai kandungan air cukup tinggi, dan mudah sekali membusuk jika tidak langsung diolah saat ingin dipergunakan kembali. Limbah lunak organik yang dapat dijadikan karya kerajinan antara lain kulit jagung, kulit bawang, kulit kacang, kulit buah/bijibijian, jerami, kertas, dan pelepah pisang.

Contoh Kerajinan

1.  Kerajinan Dari Bahan Limbah Organik Pelepah Pisang


2.  Kerajinan Dari Bahan Limbah Organik Bonggol Jagung




3.  Kerajinan Dari Bahan Limbah Organik Kulit Jagung





4.  Kerajinan Dari Bahan Limbah Organik Kulit Bawang Putih



5.  Kerajinan Dari Bahan Limbah Organik Kulit Bawang Merah



6.  Kerajinan Dari Bahan Limbah Organik Kulit Buah Salak



7.  Kerajinan Dari Bahan Limbah Organik Kacang Kacangan / Biji-Bijian




8.  Kerajinan Dari Bahan Limbah Organik Jerami



9.  Kerajinan Dari Bahan Limbah Organik Kulit Kerang




10.  Kerajinan Dari Bahan Limbah Organik Kulit Telur




11. Kerajinan Dari Bahan Limbah Organik Sabut Kelapa



12.  Kerajinan Dari Bahan Limbah Organik Serbuk Gergaji





13.  Kerajinan Dari Bahan Limbah Organik Petai Cina





14.  Kerajinan Dari Bahan Limbah Organik Biji Kopi