Portal Pendidikan Rumah Belajar

Merdeka Belajarnya, Rumah Belajar Portalnya, Maju Indonesia.

Kuliah Umum Level 4 Bersama Mas Menteri

Bapak Ibu guru sekalian merupakan cikal dari guru-guru penggerak, guru-guru dengan inisiatif dan semangat tinggi untuk terus berpacu dengan tuntutan zaman.

Rabu, 13 Januari 2021

Latar Belakang dan Kebijakan Asesmen Nasional

Hasil PISA membuktikan kemampuan belajar siswa pada pendidikan dasar dan menengah kurang memadai. Pada tahun 2018, sekitar 70% siswa memiliki kompetensi literasi membaca di bawah minimum. Sama halnya dengan keterampilan matematika dan sains, 71% siswa berada di bawah kompetensi minimum untuk matematika dan 60% siswa di bawah kompetensi minimum untuk keterampilan sains. Skor PISA Indonesia stagnan dalam 10-15 tahun terakhir. Kondisi ini menyebabkan Indonesia menjadi salah satu negara yang konsisten dengan peringkat hasil PISA yang terendah. Bagaimana pendapat Anda? 

Menanggapi kondisi tersebut, reformasi asesmen diperlukan guna mendorong peningkatan kualitas pembelajaran. Pemetaan mutu pendidikan secara menyeluruh dibutuhkan. Untuk itu pada tahun 2021 mendatang, Asesmen Nasional (AN) akan resmi diterapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Ujian Nasional (UN) sudah tidak lagi diberlakukan. Kebijakan ini ditetapkan berdasarkan hasil koordinasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan sejumlah dinas dan lembaga terkait.

Dalam hal ini, AN diterapkan untuk mengevaluasi kinerja dan mutu sistem pendidikan. Nantinya, hasil Asesmen Nasional tidak memiliki konsekuensi apapun pada pencapaian proses belajar siswa namun memberikan umpan balik untuk tindak lanjut pembelajaran dan kompetensi siswa.

Kebijakan terkait penerapan Asesmen Nasional (AN) ini telah disampaikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Anda dapat mendengarkan penjelasannya lebih detail dengan menyaksikan video yang disampaikan langsung oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim. Silakan cermati dengan seksama dan mencatat poin penting yang Anda peroleh.


Peningkatan mutu sistem pendidikan tidak hanya berorientasi pada pencapaian siswa dalam menguasai materi pelajaran dan nilai ujian akhir, apapun sebutannya. Keberhasilan sistem pendidikan lebih difokuskan pada pencapaian kompetensi siswa yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap. Terlebih pada era transformasi pendidikan abad ke-21, dimana arus perubahan menuntut siswa menguasai berbagai kecakapan hidup yang esensial untuk menghadapi berbagai tantangan abad ke-21 dimana siswa memiliki kecakapan belajar dan berinovasi, kecakapan menggunakan teknologi informasi, kecakapan hidup untuk bekerja dan berkontribusi pada masyarakat.

Pertanyaannya, bagaimana cara mengukur kompetensi tersebut? Ya, menggunakan Asesmen Nasional. Asesmen Nasional diberlakukan sebagai alat ukur untuk mengetahui ketercapaian kompetensi yang harus dikuasai siswa. Asesmen Nasional tidak hanya memotret hasil belajar kognitif siswa, sebagaimana yang terjadi dalam Ujian Nasional namun juga memotret hasil belajar sosial emosional. Termasuk di dalamnya sikap, nilai, keyakinan, serta perilaku yang dapat memprediksi tindakan dan kinerja siswa di berbagai konteks yang relevan. 

Selain tuntutan kecakapan abad 21, profil pelajar Pancasila juga menjadi rujukan pencapaian karakter bagi seluruh siswa di Indonesia. Bahkan profil pelajar pancasila ini sudah merangkum serangkaian kecakapan hidup abad 21. Karakter pelajar Pancasila yang ingin dicapai oleh siswa yaitu:

  1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia.
  2. Berkebhinekaan global
  3. Mandiri
  4. Bernalar kritis 
  5. Kreatif
  6. Gotong royong

Untuk itu, penting bagi guru dan siswa untuk mengadopsi proses pembelajaran yang berfokus pada pengembangan kompetensi. Pencapaian kompetensi siswa dapat diukur dari pemahaman konsep, dan keterampilan menerapkan konsep dalam berbagai konteks. Dengan demikian, siswa tidak hanya menguasai konten semata, tetapi lebih menguasai pemahaman secara mendalam terhadap konsep yang dapat diterapkan di berbagai konteks kehidupan. Hal ini yang diharapkan sebagai peningkatan hasil pembelajaran siswa. Capaian kompetensi siswa secara holistik inilah yang ingin dievaluasi melalui Asesmen Nasional.

Bagaimana keterkaitan Asesmen Nasional dengan kecakapan abad 21 dan profil pelajar Pancasila? Simak penjelasannya pada materi yang telah disediakan berikut ini. 


Untuk itu, penting bagi guru dan siswa untuk mengadopsi proses pembelajaran yang berfokus pada pengembangan kompetensi. Pencapaian kompetensi siswa dapat diukur dari pemahaman konsep, dan keterampilan menerapkan konsep dalam berbagai konteks. Dengan demikian, siswa tidak hanya menguasai konten semata, tetapi lebih menguasai pemahaman secara mendalam terhadap konsep yang dapat diterapkan di berbagai konteks kehidupan. Hal ini yang diharapkan sebagai peningkatan hasil pembelajaran siswa. Capaian kompetensi siswa secara holistik inilah yang ingin dievaluasi melalui Asesmen Nasional.


Senin, 21 Desember 2020

BERKENALAN DENGAN ASESMEN NASIONAL

Salam dan Bahagia Sahabat Sains

"Kita tidak akan bisa mengendalikan angin saat berlayar, tapi kita bisa menyesuaikan layarnya, Perubahan adalah tantangan bukanlah halangan"

Asesmen Nasional tengah menjadi perbincangan hangat dalam dunia pendidikan dewasa ini. Pada kesempatan ini admin sahabat sains akan mengupas tentang Apa itu Asesmen Nasional. Yuk berkenalan dengan Asesmen Nasional.

Apa itu Asesmen Nasional?

Asesmen Nasional adalah program penilaian terhadap mutu setiap sekolah, madrasah, dan program kesetaraan pada jenjang dasar dan menengah. Mutu satuan pendidikan dinilai berdasarkan hasil belajar murid yang mendasar (literasi, numerasi, dan karakter) serta kualitas proses belajar-mengajar dan iklim satuan pendidikan yang mendukung pembelajaran. Informasi-informasi tersebut diperoleh dari tiga instrumen utama, yaitu Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), Survei Karakter, dan Survei Lingkungan Belajar.

Mengapa perlu ada Asesmen Nasional?

Asesmen Nasional perlu dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Asesmen ini dirancang untuk menghasilkan informasi akurat untuk memperbaiki kualitas belajar-mengajar, yang pada gilirannya akan meningkatkan hasil belajar murid. Asesmen Nasional menghasilkan informasi untuk memantau  perkembangan mutu dari waktu ke waktu, dan kesenjangan antar bagian di dalam sistem pendidikan (misalnya di satuan pendidikan: antara kelompok sosial ekonomi, di satuan wilayah antara sekolah negeri dan swasta, antar daerah, ataupun antar kelompok berdasarkan atribut tertentu).

Asesmen Nasional bertujuan untuk menunjukkan apa yang seharusnya menjadi tujuan utama sekolah, yakni pengembangan kompetensi dan karakter murid. Asesmen Nasional juga memberi gambaran tentang karakteristik esensial sebuah sekolah yang efektif untuk mencapai tujuan utama tersebut. Hal ini diharapkan dapat mendorong sekolah dan Dinas Pendidikan untuk memfokuskan sumber daya pada perbaikan mutu pembelajaran.

Apakah Asesmen Nasional menentukan kelulusan peserta didik?

Tidak, Asesmen Nasional tidak menentukan kelulusan. Asesmen Nasional diberikan kepada murid bukan di akhir jenjang satuan pendidikan. Asesmen Nasional juga tidak digunakan untuk menilai peserta didik yang menjadi peserta asesmen. Hasil Asesmen Nasional tidak akan memuat skor atau nilai peserta didik secara individual. Seperti dijelaskan sebelumnya, hasil Asesmen Nasional diharapkan menjadi dasar dilakukannya perbaikan pembelajaran. Dengan demikian, Asesmen Nasional tidak terkait dengan kelulusan peserta didik. Penilaian untuk kelulusan peserta didik merupakan kewenangan pendidik dan satuan pendidikan.

Siapa yang menjadi peserta Asesmen Nasional?

Asesmen Nasional akan diikuti oleh seluruh satuan pendidikan tingkat dasar dan menengah di Indonesia, serta program kesetaraan yang dikelola oleh PKBM. Di tiap satuan pendidikan, Asesmen Nasional akan diikuti oleh sebagian peserta didik kelas V, VIII, dan XI yang dipilih secara acak oleh Pemerintah. Untuk program kesetaraan, Asesmen Nasional akan diikuti oleh seluruh peserta didik yang berada pada tahap akhir program belajarnya. Selain peserta didik, Asesmen Nasional juga akan diikuti oleh guru dan kepala sekolah di setiap satuan pendidikan. Informasi dari peserta didik, guru, dan kepala sekolah diharapkan memberi informasi yang lengkap tentang kualitas proses dan hasil belajar di setiap satuan pendidikan.

Mengapa Asesmen Nasional hanya diikuti oleh sebagian murid?

Hal ini terkait dengan tujuan dan fungsi Asesmen Nasional. Asesmen Nasional tidak digunakan untuk menentukan kelulusan menilai prestasi murid sebagai seorang individu. Evaluasi hasil belajar setiap individu murid menjadi kewenangan pendidik. Pemerintah melalui Asesmen Nasional melakukan evaluasi sistem. Asesmen Nasional merupakan cara untuk memotret dan memetakan mutu sekolah dan sistem pendidikan secara keseluruhan. Karena itu, tidak semua murid perlu menjadi peserta dalam Asesmen Nasional. Yang diperlukan adalah informasi dari sampel yang mewakili populasi murid di setiap sekolah pada jenjang kelas yang menjadi target dari Asesmen Nasional.

Mengapa yang menjadi sampel adalah murid kelas V, VIII dan XI?

Hasil Asesmen Nasional diharapkan menjadi dasar dilakukannya perbaikan pembelajaran. Pemilihan jenjang kelas V, VIII dan XI dimaksudkan agar murid yang menjadi peserta Asesmen Nasional dapat merasakan perbaikan pembelajaran ketika mereka masih berada di sekolah tersebut. Selain itu, Asesmen Nasional juga digunakan untuk memotret dampak dari proses pembelajaran di setiap satuan pendidikan. Murid kelas V,VIII, dan XI telah mengalami proses pembelajaran di sekolahnya, sehingga sekolah dapat dikatakan telah berkontribusi pada hasil belajar yang diukur dalam Asesmen Nasional.

Apakah Asesmen Nasional menggantikan UN?

Asesmen Nasional tidak menggantikan peran UN dalam mengevaluasi prestasi atau hasil belajar murid secara individual. Namun Asesmen Nasional menggantikan peran UN sebagai sumber informasi untuk memetakan dan mengevaluasi mutu sistem pendidikan. Sebagai alat untuk mengevaluasi mutu sistem, Asesmen Nasional akan menghasilkan potret yang lebih utuh tentang kualitas hasil belajar serta proses pembelajaran di sekolah. Laporan hasil Asesmen Nasional akan dirancang untuk menjadi “cermin” atau umpan balik yang berguna bagi sekolah dan Dinas Pendidikan dalam proses evaluasi diri dan perencanaan program.

Mengapa yang diukur adalah literasi dan numerasi?

Asesmen Nasional mengukur dua macam literasi, yaitu Literasi Membaca dan Literasi Matematika (atau Numerasi). Keduanya dipilih karena merupakan kemampuan atau kompetensi yang mendasar dan diperlukan oleh semua murid, terlepas dari profesi dan cita-citanya di masa depan. Literasi dan numerasi juga merupakan kompetensi yang perlu dikembangkan secara lintas mata pelajaran. Kemampuan membaca yang diukur melalui AKM Literasi sebaiknya dikembangkantidak hanya melalui pelajaran Bahasa Indonesia, tapi juga pelajaran agama, IPA, IPS, dan pelajaran lainnya. Kemampuan berpikir logis-sistematis yang diukur melalui AKM Numerasi juga sebaiknya dikembangkan melalui berbagai pelajaran. Dengan mengukur literasi dan numerasi, Asesmen Nasional mendorong guru semua mata pelajaran untuk berfokus pada pengembangan kompetensi membaca dan berpikir logis-sistematis.

Mengapa Asesmen Nasional juga mengukur karakter murid?

Asesmen Nasional bertujuan tidak hanya memotret hasil belajar kognitif murid namun juga memotret hasil belajar sosial emosional. Asesmen nasional diharapkan dapat memotret sikap, nilai, keyakinan, serta perilaku yang dapat memprediksi tindakan dan kinerja murid di berbagai konteks yang relevan. Hal ini penting untuk menyampaikan pesan bahwa proses belajar-mengajar harus mengembangkan potensi murid secara utuh baik kognitif maupun non kognitif.

Bagaimana kaitan antara Asesmen Nasional dengan kurikulum?

Asesmen Nasional mengukur kompetensi mendasar (general capa- bilities) yang dapat diterapkan secara luas dalam segala situasi. Kompetensi mendasar ini perlu dipelajari oleh semua murid dan sekolah, sehingga dibangun melalui pembelajaran beragam materi kurikulum lintas mata pelajaran. Target asesmen yang sekedar mengukur penguasaan murid akan konten atau materi kurikulum menjadi tidak relevan karena di era informasi saat ini, pengetahuan faktual semakin mudah diperoleh dan diakses oleh hampir setiap orang. Sekedar mengetahui menjadi tidak cukup dan kurang relevan. Asesmen Nasional berfokus mengukur pada kemampuan murid untuk menggunakan dan mengevaluasi pengetahuan yang diperoleh dari beragam materi kurikulum untuk merumuskan serta menyelesaikan masalah. Asesmen Nasional menggeser fokus dari keluasan pengetahuan menuju kedalaman kompetensi dari kurikulum.

Apa peran Asesmen Nasional dalam pendidikan jalur non-formal?

Warga belajar diwajibkan menempuh ujian kesetaraan untuk dinyatakan lulus pendidikan non-formal. Asesmen Nasional merupakan ujian kesetaraan yang menjadi salah satu syarat kelulusan. Oleh karena itu, peserta Asesmen Nasional dalam pendidikan jalur non-formal tidak dipilih secara acak oleh Kemdikbud. Peserta Asesmen Nasional pendidikan jalur non formal adalah warga belajar yang mendaftarkan diri untuk ujian kesetaraan. Hasil ujian kesetaraan tersebut sekaligus digunakan sebagai Rapor PKBM.

Informasi diatas bersumber dari Lembar Tanya Jawab Asesmen Nasional (dapat diunduh DISINI)

SEMOGA BERMANFAAT 


Rabu, 16 Desember 2020

RESUME KEGIATAN PEMBATIK TAHUN 2020 LEVEL LITERASI HINGGA BERBAGI

Salam dan Bahagia Sahabat Sains

Kali ini admin ingin berbagi resume pengembangan diri PEMBATIK. Apa itu Pembatik ?  Pembatik kepanjangan dari Pembelajaran Berbasis TIK.  Terdapat 4 level pelatihan yang dapat diikuti dalam kegiatan ini. Berikut ini merupakan level yang harus dilalui dalam kegiatan Pembatik.

Apa pentingnya membuat resume kegiatan pengembangan diri untuk pendidik ?

Pembuatan resume wajib dilakukan sahabat pendidik untuk melengkapi kegiatan pengembangan diri terkait kelengkapan dalam mengajukan angka kredit kenaikan pangkat. Ada tiga kelengkapan yang perlu sahabat siapkan setelah mengikuti kegiatan pengembangan diri. Kelengkapan tersebut sebagai berikut:
  1. Surat tugas dari atasan langsung 
  2. Sertifikat / Piagam Kegiatan Asli dan Fotokopian dengan legalisir atasan langsung
  3. Resume kegiatan yang diikuti

RESUME  PEMBATIK SESUAI LEVEL

SILAHKAN DOWNLOAD





Semoga bermanfaat bagi teman-teman pendidik yang tengah melengkapi syarat pengumpulan angka kredit. 


Rabu, 09 Desember 2020

Pentingnya Budaya Positif

Salam dan Bahagia 
Semoga pikiran positif datang dari segala penjuru. Kali ini sahabat sains akan berbagi cerita tentang pentingnya budaya positif. Berikut ini adalah mind mapping  koneksi antar materi yang saya buat.

Klik gambar supaya jelas



Budaya positif penting dikembangkan di sekolah. Mutu sekolah dapat dilihat dari budaya positif yang hidup dan dikembangkan warga sekolah. Budaya positif sekolah adalah sekumpulan nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan symbol-simbol yang dipraktekkan oleh kepala sekolah, guru, petugas administrasi, siswa dan masyarakat sekitar sekolah. 

Budaya positif yang ada disekolah akan membantu pencapaian visi sekolah impian. Guna mewujudkan visi sekolah impian, peran guru sebagai ujung tombak kualitas pendidikan di sekolah sangatlah penting. Guru penggerak adalah pemimpin pembelajaran yang mendorong tumbuh kembang murid secara holistik, aktif, dan proaktif dalam mengembangkan pendidik lainnya untuk mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat kepada murid, serta menjadi teladan dan agen transformasi ekosistem pendidikan untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila.

Tujuan dari visi sekolah pastilah menginginkan murid yang merdeka. Murid yang memiliki karakter sesuai profil pelajar pancasila. Murid merdeka bermakna murid memiliki kebebasan untuk melakukan inovasi, belajar dengan mandiri dan kreatif secara menyenangkan dan tanpa paksaan. Guna mencapai visi murid merdeka, Ki Hajar Dewantara mengungkapkan bahwa sekolah mengupayakan metode pendidikan yang relevan dengan kodrat zaman (perkembangan zaman) tanpa meninggalkan kodrat alam (budaya) tempat anak hidup dan tumbuh. Kedua kodrat keadaan tersebut tidak mungkin dapat diubah, yang dapat diubah hanyalah budhi yang meliputi cipta, rasa, dan karsa (batin) dan pekertinya, yang meliputi raga, tenaga, upaya, dan tindakan (lahir). Tugas pendidik menuntun secara relevan dan kontekstual mewujudkan murid merdeka sesuai kodratnya sendiri. 

Menuju visi sekolah impian memang bukanlah persoalan yang mudah. Kolaborasi dari seluruh pemangku kepentingan sangatlah dibutuhkan untuk mencapai visi bersama. Setiap komponen wajib memahami perannya dan bertanggung jawab dengan tugasnya. Untuk itu diperlukan metode BAGJA sebagai langkah-langkah pendekatan inkuiri apresiatif di sekolah. Inti dari pendekatan inkuiri apresiatif adalah nilai positif yang telah ada dan dikembangkan secara kolaboratif. Alur Bagja sendiri diawali dengan Buat pertanyaan, ambil tindakan, gali impian, jabarkan rencana, dan atur eksekusi. Berpijak dari hal positif yang ada di sekolah, sekolah kemudian menyelaraskan kekuatan tersebut dengan visi sekolah dan visi setiap individu dalam komunitas. Hal tersebut sejalan dengan prinsip Trikon, Ki Hajar Dewantara dimana perubahan bersifat kontinu (berkesinambungan), konvergen (universal), dan konsentris (kontekstual). 

Menurut Ki Hadjar, Pendidikan adalah pembudayaan buah budi manusia yang beradab dan buah perjuangan manusia terhadap dua kekuatan yang selalu mengelilingi hidup manusia yaitu kodrat alam dan zaman atau masyarakat (Dewantara II , 1994). Dalam hal ini, Ki Hadjar membedakan antara Pengajaran dan Pendidikan. Pendidikan adalah tuntutan bagi seluruh kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Ibarat bibit dan buah. Pendidik adalah petani yang akan merawat bibit dengan cara menyiangi gulma di sekitarnya, memberi air, memberi pupuk agar kelak berbuah lebih baik dan lebih banyak, namun petani tidak mungkin mengubah bibit mangga menjadi berbuah anggur. Itulah kodrat alam atau dasar yang harus diperhatikan dalam Pendidikan dan itu diluar kecakapan dan kehendak kaum pendidik. Sedang Pengajaran adalah Pendidikan dengan cara memberi ilmu atau pengetahuan agar bermanfaat bagi kehidupan lahir dan batin (Dewantara I, 2004).

Dalam mewujudkan budaya positif peran guru di kelas adalah membuat kesepakatan kelas bersama murid guna mencapai visi sekolah.  Dalam hal membuat kesepakatan kelas, guru senantiasa menegaskan budaya positif yang disepakati dan menjauhkan hukuman ataupun pemberian hadiah sebagai bujukan untuk pembiasaan budaya positif. Hasil kesepakatan kelas dapat ditempel di sudut ruangan agar dapat dilihat oleh seluruh murid. Jika budaya positif telah menjadi pembiasaan bagi seluruh warga sekolah, niscaya visi sekolah tercapai dan semua warga sekolah nyaman dan dipenuhi cinta kasih di sekolah.

"Apapun yang dilakukan oleh seseorang itu, hendaknya dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri, bermanfaat bagi bangsanya, dan bermanfaat bagi manusia di dunia pada umumnya". - Ki Hadjar Dewantara 

Selasa, 08 Desember 2020

KESEPAKATAN KELAS MELAKSANAKAN PROTOKOL KESEHATAN DI SEKOLAH

SALAM DAN BAHAGIA 

Halo Sahabat Sains dimanapun berada. Kali ini saya akan membagikan essay singkat tentang tugas demonstrasi kontekstual 1.4.a.7 program guru penggerak. 

Adapun latar belakang dari pembuatan kesepakatan kelas ini adalah adanya budaya kurang disiplin anak memakai masker jika memiliki keperluan ke sekolah. Pengamatan saya  anak-anak kelas VII yang datang ke sekolah untuk membayar uang pakaian di koperasi sekolah beberapa tidak memakai masker dengan alasan lupa. Padahal sudah diinformasikan sebelumnya oleh waka kesiswaan untuk mentaati protokol kesehatan jika pergi ke sekolah. 

Guna membangun budaya positif dalam menerapkan protokol kesehatan dan membiasakan anak-anak dengan tatanan new normal belajar di semester genap, saya selaku guru membuat kesepakatan dengan siswa kelas VII.


Adapun Langkah-langkah kesepakatan yang saya lakukan sebagai berikut. 

Pertama, di grup wa kelas VII saya memberikan pertanyaan sebagai berikut "Bagaimana perkembangan pembayaran pakaian? Siapa saja yang belum mendapatkan pakaian sekolah?"  pertanyaan saya tersebut kemudian mengarah pada  pengamatan saya terhadap anak-anak yang tidak menggunakan masker ke sekolah. Ayo siapa anak yang waktu ini tidak memakai masker dan tidak cuci tangan di sekolah?".

Kedua, beranjak dari topik ketidakdisplinan beberapa anak yang tidak memakai masker ke sekolah, saya menanyakan ide siswa terkait bagaimana cara menerapkan protokol kesehatan di sekolah. 

"Bagaimana kalau kita bersama-sama membuat kesepakatan kelas. Coba Berikan Ide anak-anak tentang tata cara menerapkan protokol kesehatan ketika anak-anak di sekolah".

Karena di sekolah saya masih dilakukan pembelajaran secara daring diskusi kesepakatan saya lakukan dengan aplikasi jamboard yang saya kirimkan linknya ke wa grup. pada jamboarad tersebut siswa menuliskan hal yang mereka ingin lakukan untuk menjalankan protokol kesehatan. 

Ketiga, dari ide siswa tersebut saya mengambil kesimpulan apa-apa saja yang mereka telah sepakati. Termasuk anak berjanji jika melanggar kesepakatan, anak yang melanggar akan membuat tulisan catatan diri untuk mengingatkannya pada kesalahannya. 

Keempat, kesepakatan kelas tersebut dituliskan dalam bentuk poster kesepakatan kelas. 

Kelima, poster kesepakatan tersebut ditandatangani oleh perwakilan ketua kelas VII A, VIIB, VIIC sebagai perwakilan dari seluruh siswa. Tidak lupa guru juga menandatangani poster tersebut. 

Keenam, Poster yang telah ditandatangani di share digrup kelas dan masing-masing siswa diwajibkan menyimpannya.  

Berikut ini hasil kesepakatan kelas yang kami buat di jamboard melalui tatap maya  karena   pertemuan secara tatap muka tidak mungkin terlaksana.



Ini adalah dokumentasi percakapan di grup wa

     Ajakan untuk melakukan kesepakatan menerapkan protokol kesehatan jika ke sekolah 


    Guru mengingatkan siswa tidak menjadikan hukuman sebagai fokus kesepakatan

Memberikan motivasi bagi anak yang sudah melakukan kesepakatan dengan disiplin

Tantangan dalam melaksanakan kesepakatan tersebut adalah konsistensi melakukan kegiatan cuci tangan dan menjaga jarak untuk protokol kesehatan. Berikut ini dokumentasi penerapan protokol kesehatan sesuai hasil kesepakatan kelas. Murid yang datang semuanya memakai masker dan langsung mencuci tangan. Petugas hanya perlu mengukur suhu tanpa menginstruksikan siswa untuk cuci tangan lagi, karena mereka sadar dengan apa yang harus mereka lakukan sesampai di sekolah.






Karya esai tugas demonstrasi kontekstual dalam bentuk PDF dapat dilihat DISINI


GURU PENGGERAK
PANJANG UMUR PERJUANGAN

Jumat, 04 Desember 2020

MATERI EKOSISTEM KELAS VII

Salam dan Bahagia. Semoga sahabat dalam keadaan sehat dimanapun berada. 

Kali ini Sahabat Sains akan berbagi materi tentang ekosistem. Marilah kita menonton video ekosistem di bawah ini untuk memahami pengertian ekosistem, komponen ekosistem dan macam-macam ekosistem.



Setelah menonton video tersebut, diskusikanlah pertanyaan berikut bersama temanmu!

Soal No 1

Bacalah wacana di bawah ini dengan teliti ! 

Di Bumi yang luar biasa, tinggal bermacam-macam makhluk hidup didalamnya. Ada manusia, hewan, tumbuhan, mikroorganisme dan semua hidup di habitatnya masing-masing. Semua makhluk hidup saling membutuhkan, dan berinteraksi sesuai dengan kebutuhan dan fungsinya masing-masing. Dalam kehidupan ini ada hubungan timbal balik antara manusia, tumbuhan, mikroorganisme dan tempat tumbuhnya. Faktanya, makhluk hidup manapun tidak dapat lepas dari lingkungannya, baik itu biotik maupun abiotik. Sumber utama ekosistem adalah cahaya matahari. Dengan interaksi antara kedua komponen tersebut, macam-macam ekosistem akan selalu tumbuh berkembang sehingga menimbulkan perubahan ekosistem. Jika anda pergi ke gunung, maka anda akan menemukan ekosistem gunung. Di danau, anda akan menemukan ekosistem danau. Intinya, macam-macam ekosistem yang ada di bumi tersusun atas makhluk hidup dan makhluk tak hidup. Sebagai contoh, ekosistem sungai terdiri atas hewan tumbuhan dan mikroorganisme yang hidup bersama-sama. Pada ekosistem sungai ada ikan-ikan kecil, ular sawah, rumput di tepian sungai, dan sebagainya.

Apakah permasalahan utama dari wacana di atas? Rumuskan permasalahan tersebut dalam bentuk pertanyaan minimal 3 pertanyaan!

Soal No. 2

Dari soal no 1. Apakah kemungkinanan jawaban dari rumusan permasalahan yang telah kamu buat ? 

Soal No. 3

Prily memiliki halaman rumah berisikan tanaman dan rumput sedangkan halaman rumah petrus disemen dan terdapat tanaman yang ditempatkan di dalam pot. Saat musim hujan banyak genangan air di rumah petrus. Petrus pun merasa sangat terganggu. Solusi apakah yang dapat kamu berikan kepada petrus agar dapat mengatasi masalahnya ? 

Soal No. 4

Bacalah wacana di bawah ini dengan teliti. 
Laut memberikan banyak manfaat, di sisi lain manusia juga memberlakukannya sebagai tempat pembuangan „sampah‟. Kenyataan ini jelas menunjukkan paradoks bagi warga negara Indonesia. Perlu di ketahui bahwa kerusakan ekosistem laut saat ini berada di zona merah. Hal ini tentu sangat membahayakan ekosistem laut. Penambangan pasir adalah salah satu kegiatan yang sedang marak terjadi akhir-akhir ini. Kegiatan ini sering terjadi di wilayah Banten hingga Riau. Isu hasil penambangan pasir liar ini dikabarkan dibawa ke Singapura untuk memperluas wilayah teritori. Saat ini terjadi kegiatan penambangan pasir pantai yang memberikan setidaknya dua dampak bagi masyarakat dan lingkungan. Pertama, membaiknya perekonomian masyarakat karena hasil penambangan pasir pantai digunakan sebagai bahan bangunan. Kedua, memburuknya kondisi lingkungan karena terjadinya abrasi. Berdasarkan informasi di atas, menurut kalian dampak manakah yang relevan dan tidak relevan dengan kasus penambangan pasir yang terjadi di laut Banten hingga Riau ? solusi apa yang sebaiknya dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut? 

Kamis, 03 Desember 2020

Merdeka Belajar Berlandaskan Tri Hita Karana

DEBAR TIKAR
MEWUJUDKAN NENG-NING-NUNG-NANG

Artikel 

Oleh:
Nyoman Sri Darmayanti, S.Pd
Calon Guru Penggerak Kabupaten Karangasem
Guru di SMP Negeri Satap Sangkan Gunung



1.1 LATAR BELAKANG

Guna mencapai visi murid merdeka, sekolah mengupayakan metode pendidikan yang relevan dengan kodrat zaman (perkembangan zaman) tanpa meninggalkan kodrat alam (budaya) tempat anak hidup dan tumbuh. Salah satu pesan Ki Hadjar Dewantara adalah Neng-Ning-Nung-Nang mengenai sikap dan perilaku manusia. Neng kependekan dari Meneng yang berarti diam dan tenang dengan perhatian untuk mendengar secara aktif, Ning kependekan dari Wening yang berarti jernih di hati dan pikiran, Nung kependekan dari Hanung yang berarti kebesaran hati dan jiwa. Nang yang berati Menang atau wewenang baik secara batiniah maupun lahiriah.

Gagasan Ki Hajar Dewantara dalam implementasinya disekolah, yakni pendidik hendaknya menciptakan kesenangan (neng), keheningan (ning), ketenangan (nang), dan renungan (nung).  Tugas pendidik menuntun secara relevan dan kontekstual mewujudkan murid merdeka sesuai kodratnya sendiri.  Untuk mewujudkan merdeka belajar, guru dapat berinovasi dengan mengintegrasikan budaya masyarakat Bali yang dikenal dengan Tri Hita Karana.

Masyarakat Bali memegang teguh konsep Tri Hita Karana dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Tri Hita Karana terdiri dari: Parahyangan yaitu hubungan yang seimbang antara manusia dengan Tuhan yang Maha Esa, Pawongan artinya hubungan yang harmonis antara manusia dengan manusia lainnya, dan Palemahan artinya hubungan yang harmonis antara manusia dengan lingkungan alam sekitarnya.

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis merancang aksi nyata berjudul “Debar Tikar Mewujudkan Neng-Ning-Nung-Nang”, dimana Debar Tikar merupakan kepanjangan dari merdeka belajar berbasis Tri Hita Karana.

Adapun tujuan dari pelaksanaan merdeka belajar berbasis Tri Hita Karana, yaitu (1) Mewujudkan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered), (2) menciptakan kesenangan (neng), keheningan (ning), ketenangan (nang), dan renungan (nung) melalui konsep Tri Hita Karana dalam pembentukan karakter peserta didik, (3) Terjalinnya hubungan erat antara pendidik dan peserta didik dalam mengkomunikasikan keinginan belajar, (4) Peserta didik lebih kreativas mencipta karya berdasarkan potensi yang dimilikinya.


1.2 DESKRIPSI AKSI NYATA

        Guna mewujudkan merdeka belajar yang berpihak pada murid di Kelas VII SMP Negeri Satap Sangkan Gunung, hal pertama yang penulis lakukan adalah membuat analisis diagnosis nonkognitif awal tentang pembelajaran menyenangkan yang diharapkan anak di dalam pembelajaran. Berdasarkan analisis nokognitif tersebut, dengan memperhatikan jawaban-jawaban terkait gaya belajar menyenangkan yang diharapkan peserta didik, pembelajaran dirancang menggunakan sintaks model Project Based Learning (PJBL) dengan mengintegrasikan sains lokal Bali pada tahap apersepsi dan penguatan konsep dengan memberikan contoh situasi dunia nyata peserta didik (konsep kenal lebih sayang).

        Upaya membiasakan karakter positif bagi anak-anak sekalipun dalam situasi belajar dari rumah dilakukan dengan jurnal kebaikan berlandaskan Tri Hita Karana. Berhubung situasi Pandemi saat ini, pemberian instruksi, pengumpulan jurnal, serta pemberian feedback dilakukan berbantuan platform Google Classroom. Anak-anak akan mengumpulkan jurnal yang divalidasi orang tua sebagai mitra penting sekolah dalam membangun karakater positif anak. Pengumpulan jurnal ini disertai tiga foto aktivitas positif berkaitan dengan kegiatan Parahyangan, Palemahan, dan Pawongan. Tentunya harus sinkron dengan apa yang tertulis di jurnal. Penulisan dilakukan dalam satu minggu. Sinergi antara wali kelas dan orang tua untuk mengecek jurnal anak setiap harinya sangat berperan dari suksesnya program edukasi ini. Peserta didik kelas VII saat memasuki Tahun Pelajaran 2020/2021 ini belum mengenal tentang Jurnal Kebaikan, maka disiapkan sesi khusus pada sesi vicon. dan selanjutnya diberikan instruksi awal juga pada Google Classroom.

        Proses mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan (neng) dilakukan dengan mengajak peserta didik belajar sambil bermain melalui games online dengan quizizz, TTS dan tebak-tebakkan gambar (cucoklogi). Produk kreativitas yang dikumpulkan sebagai tugas proyek disesuaikan dengan daya dukung dari peserta didik tanpa memaksa terkait bahan dan bentuknya. Kesepakatan dalam hal proses dan jadwal pengumpulan dilakukan di awal pembelajaran. Pendidik juga berkomunikasi dengan orang tua melalui komentar pada jurnal kebaikan yang dibuat dalam bentuk buku. Diskusi dilakukan melalui media WA, Platform Zoom untuk vicon, LMS Google Clasroom, dan Blog Pribadi Guru.

 

1.3 HASIL AKSI NYATA

Hasil yang diperoleh dari aksi nyata “Debar Tikar mewujudkan Neng-Ning-Nung-Nang” dapat dipaparkan sebagai berikut.

1. Guru mengembangkan inovasi pembelajaran yang berpihak pada murid (student centered). Sebagai tujuan merdeka belajar guru menelaah respon dari diagnosis non-kognitif awal pada google form. Peserta didik menyatakan tidak suka jika diberi tugas-tugas yang hanya menjawab soal terus. Hal tersebut menimbuklan kebosanan. Beranjak dari hal tersebut, keberpihakan yang dimaksud adalah mengubah instruksi menjadi kesepakatan-kesepakatan berdasarkan gaya belajar yang diinginkan peserta didik. Penekanan merdeka belajar pada kesanggupan menyelesaikan tugas proyek atas keinginan anak, kesanggupan untuk melibatkan orang tua sebagai sumber belajar dirumah, inovasi karya berdasarkan potensi yang dimiliki, dan kebebasan berpendapat saat mempresentasikan hasil karya dalam vicon.

2.  Respon siswa terkait usaha guru menciptakan kesenangan (neng) melalui games IPA sangatlah positif. Peserta didik sangat antusias mengikuti tournament quizizz dimana games dilakukan secara online. Mereka tertantang untuk belajar materi terlebih dahulu sebelum melakukan tournament. Kemudian TTS asik dan games mencocokkan gambar yang penulis buat sendiri membuat peserta didik mendapatkan ketenangan (nang) bahwa pembelajaran IPA tidak menakutkan walupun banyak rumus dan hitungan-hitungan.

3.  Kolaborasi antara guru dan orang tua terlihat dalam wawancara terkait pengeluaran bulanan pembayaran rekening air/listrik. Orang tua dilibatkan sebagai sumber informasi yang dimintai pendapatnya tentang cara mengoptimalkan penggunaan energy di rumah, pelestarian “Taru”. Peran guru dan orang tua memang mendasar dalam mendukung proses anak belajar di rumah. Keduanya mesti membangun kolaborasi demi memaksimalkan kegiatan belajar anak. Kreativitas guru dalam menghadirkan pembelajaran daring yang menarik dan menyenangkan akan sangat menentukan besarnya atensi siswa terhadap kegiatan belajar daring tersebut. Sedangkan pendampingan dan keaktifan orang tua dalam menemani anak akan menentukan sejauh mana kegiatan belajar di rumah akan bermanfaat dan bermakna.

4. Menanamkan pendidikan karakter menuju Profil Pelajar Pancasila berdasarkan konsep budaya Bali, yaitu Tri Hita Karana. Hal ini terlihat dari jurnal kebaikan yang dilakukan sehari-hari dimana pelibatan orang tua juga dilakukan ketika mengomentari kegiatan anaknya. Hal baik yang dilakukan seperti melakukan persembahyangan (Parahyangan), membantu orang tua di rumah seperti menyapu, menyetrika dll (pawongan), dan membersihkan lingkungan (Pawongan). Hal tersebut menciptakan kesenangan (neng), keheningan (ning), ketenangan (nang), dan renungan (nung) bagi peserta didik dalam menanamkan budhi dan pekerti. Hal tersebut sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara, yaitu pendidik wajib menuntun lakunya peserta didik, yang meliputi budhi dan pekerti.

5.  Penerapan model PJBL disisipkan dengan pemberian materi secara kontekstual sesuai kehidupan nyata di Bali. Seperti konsep kearifan lokal perayaan Nyepi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca yang menciptakan keheningan (ning), perubahan energi yang terjadi pada rindik, gong, obor dan konsep subak sebagai upaya pengoptimalan energi air dalam sistem pengairan di Bali menciptakan renungan (nung) dalam upaya melestarikan budaya local Bali sebagai kodrat alam (budaya tempatnya anak tumbuh)

 

1.4   REFLEKSI AKSI NYATA

Hal baik yang di dapat dari aksi nyata merdeka belajar berbasis Tri Hita Karana tersebut adalah perlahan mengubah mind set penulis tentang pola pengajaran guru. Jika awalnya penulis selalu memberikan tugas melalui instruksi sekarang lebih diupayakan memberikan tuntunan tanpa melepaskan. Kesepakatan di awal pembelajaran diperlukan untuk menggali potensi peserta didik. Dari tuntunan tersebut akan tercipta kreativitas peserta didik sesuai potensi yang dimilikinya. Tugas pendidik menuntun secara relevan dan kontekstual mewujudkan murid merdeka sesuai kodratnya sendiri. Hal tersebut menciptakan kesenangan (neng), keheningan (ning), ketenangan (nang), dan renungan (nung) bagi peserta didik dalam menanamkan budhi dan pekerti.

Kendala yang dialami, yaitu sulitnya menuntun peserta didik dalam kondisi belajar daring. Solusi yang dilakukan, yaitu karena tidak dapat bertatap muka secara langsung, pendidik harus ekstra sabar dalam memberikan tuntunan. Kendala dalam pelaksanaan belajar dari rumah diikhlaskan untuk tujuan menghamba pada murid di tengah pandemi.


1.5  RENCANA PERBAIKAN DI MASA MENDATANG

Kedepannya penulis akan menularkan hal-hal baik yang sudah dilakukan terkait penerapan merdeka belajar kepada rekan-rekan guru di sekolah. Secara berkala pada waktu rapat, seluruh guru diajak untuk melakukan refleksi tentang praktik baiknya mengajar. Sehingga dari refleksi tersebut akan muncul keberhasilan dan kelemahan yang perlu diperbaiki. Keberhasilan yang dialami guru akan menjadi kekuatan bagi sekolah untuk meningkatkan layanannya kepada peserta didik.


1.6  DOKUMENTASI KEGIATAN

Berikut ini merupakan dokumentasi kegiatan pembelajaran IPA melalui Debar Tikar. Klik masing-masing gambar supaya lebih jelas

















Minggu, 22 November 2020

Upacara Bendera yang Berpihak pada Murid dan Dinantikan

 

Modul 1.3.a.7
Demonstrasi Kontekstual - Menerapkan Inkuiri Apresiatif



Kamis, 19 November 2020

AKSI NYATA MERDEKA BELAJAR GURU PENGGERAK

 
KEMANDIRIAN BELAJAR DAN PENDAMPINGAN ORANG TUA  MELALUI  TEKNIK WAWANCARA SERTA PENGUMPULAN JURNAL KEBAIKAN
BERLANDASKAN TRI HITA KARANA
 

Oleh:

Nyoman Sri Darmayanti, S.Pd

Calon Guru Penggerak Kabupaten Karangasem

 

1.1 LATAR BELAKANG

Sejak merebaknya Coronavirus Disease (COVID-19), proses belajar mengajar di sekolah dihentikan dan diganti belajar dari rumah. Guru berupaya menghadirkan pembelajaran dalam jaringan (daring) yang dapat diakses peserta didik dari rumah masing-masing. Memang bukan hal mudah mengkondisikan anak belajar di rumah, apalagi menciptakan proses pembelajaran daring yang menarik, bermakna, dan menyenangkan.

Selain kreativitas dan inovasi pembelajaran online dari guru, salah satu syarat utama agar belajar dari rumah bisa maksimal adalah kemandirian peserta didik dalam belajar. Belajar dari rumah secara daring menjadi saat yang berharga untuk melatih anak mengembangkan  karakter sesuai profil pelajar Pancasila, yaitu (1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, (2) berkebinekaan global, (3) bergotong royong, (4) mandiri, (5) bernalar kritis dan (6) kreatif. Untuk mewujudkan profil pelajar pancasila, guru dapat berinovasi dengan mengintegrasikan budaya masyarakat Bali yang dikenal dengan Tri Hita Karana dalam pembelajaran.

Masyarakat Bali memegang teguh konsep Tri Hita Karana dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Tri Hita Karana terdiri dari: Parahyangan yaitu hubungan yang seimbang antara manusia dengan Tuhan yang Maha Esa, Pawongan artinya hubungan yang harmonis antara manusia dengan manusia lainnya, dan Palemahan artinya hubungan yang harmonis antara manusia dengan lingkungan alam sekitarnya. Konsep Tri Hita Karana dapat diterapkan anak ketika belajar dari rumah dengan mendokumentasikannya dalam jurnal. Kebaikan-kebaikan yang telah dilakukannya sehari-hari dicatat dengan jujur untuk membiasakan peserta didik berkegiatan positif di rumah.

Guna menjalankan peran sebagai pemimpin dalam pembelajaran yang berpihak pada murid, mandiri, inovatif, reflektif, dan kolaboratif guru penggerak dapat mengembangkan salah satu kompetensinya, yaitu melibatkan orang tua sebagai pendamping dan sumber belajar bagi anaknya di rumah.

Peran guru penggerak mewujudkan merdeka belajar dengan melibatkan pendampingan orang tua melatar belakangi penulis merancang aksi nyata di kelas VII SMP Negeri Satap Sangkan Gunung dengan judul “Kemandirian Belajar dan Pendampingan Orang Tua Melalui Teknik Wawancara serta Jurnal Kebaikan Berlandaskan Tri Hita Karana”.


1.2 DESKRIPSI AKSI NYATA

Guna mewujudkan merdeka belajar yang berpihak pada murid. Hal pertama yang penulis lakukan adalah membuat analisis diagnosis nonkognitif awal tentang pembelajaran menyenangkan yang diharapkan anak dan menyepakati adanya pelibatan orang tua di dalam pembelajaran. Diagnosis di awal pembelajaran ini dilakukan dengan membuat form melalui platform Google Form seperti pada gambar berikut.

* Klik gambar supaya lebih jelas

Setelah meninjau hasil form yang diisi oleh peserta didik kelas VII disepakati adanya pelibatan orang tua dalam pembelajaran pada materi energi dan perubahannya. Dimana teknik yang dilakukan adalah orang tua peserta didik menjadi narasumber yang diwawancarai tentang pemakaian energi listrik/air di rumahnya dengan mengacu pada rekening listrik bulanan keluarga kemudian membuat hasil laporan wawancara. Sebagai upaya memacu kreativitas peserta didik dalam berkarya diberikan kebebasan tugas proyek berupa himbauan untuk menghemat sumber-sumber energi. Proyek dapat berupa artikel, poster, atau video. Jadwal pengumpulan disepakati waktunya dengan mendiskusikannya pada grup WA kelas.

Berdasarkan analisis nokognitif tersebut, dengan memperhatikan jawaban-jawaban terkait gaya belajar menyenangkan yang diharapkan peserta didik, pembelajaran dirancang menggunakan sintaks model Project Based Learning (PJBL) dengan mengintegrasikan sains lokal Bali pada tahap apersepsi dan penguatan konsep dengan memberikan contoh situasi dunia nyata peserta didik (konsep kenal lebih sayang).

Upaya membiasakan karakter positif bagi anak-anak sekalipun dalam situasi belajar dari rumah dilakukan dengan jurnal kebaikan berlandaskan Tri Hita Karana. Berhubung situasi Pandemi saat ini, pemberian instruksi, pengumpulan jurnal, serta pemberian feedback dilakukan berbantuan platform Google Classroom. Anak-anak akan mengumpulkan jurnal yang divalidasi orang tua sebagai mitra penting sekolah dalam membangun karakater positif anak. Pengumpulan jurnal ini disertai tiga foto aktivitas positif berkaitan dengan kegiatan Parahyangan, Palemahan, dan Pawongan. Tentunya harus sinkron dengan apa yang tertulis di jurnal. Penulisan dilakukan dalam satu minggu. Sinergi antara wali kelas dan orang tua untuk mengecek jurnal anak setiap harinya sangat berperan dari suksesnya program edukasi ini. Peserta didik kelas VII saat memasuki Tahun Pelajaran 2020/2021 ini belum mengenal tentang Jurnal Kebaikan, maka disiapkan sesi khusus pada sesi vicon. dan selanjutnya diberikan instruksi awal juga pada Google Classroom seperti gambar berikut.

*Klik gambar supaya lebih jelas


1.3 HASIL AKSI NYATA

Hasil yang diperoleh dari aksi nyata “Kemandirian Belajar dan Pendampingan Orang Tua Melalui Teknik Wawancara serta Jurnal Kebaikan Berlandaskan Tri Hita Karana”.

dapat dipaparkan sebagai berikut.

1.      Guru dapat mengembangkan inovasi pembelajaran yang berpihak pada murid sebagai tujuan merdeka belajar. Keberpihakan yang dimaksud adalah mengubah instruksi menjadi kesepakatan-kesepakatan berdasarkan gaya belajar yang diinginkan peserta didik. Penekanan merdeka belajar pada kesanggupan untuk melibatkan orang tua sebagai sumber belajar dirumah, inovasi karya berdasarkan potensi yang dimiliki, dan kebebasan berpendapat saat mempresentasikan hasil karya dalam vicon.

2.      Kolaborasi antara guru dan orang tua terlihat dalam wawancara terkait pengeluaran bulanan pembayaran rekening air/listrik. Orang tua dilibatkan sebagai sumber informasi yang dimintai pendapatnya tentang cara mengoptimalkan penggunaan energy di rumah. Peran guru dan orang tua memang mendasar dalam mendukung proses anak belajar di rumah. Keduanya mesti membangun kolaborasi demi memaksimalkan kegiatan belajar anak. Kreativitas guru dalam menghadirkan pembelajaran daring yang menarik dan menyenangkan akan sangat menentukan besarnya atensi siswa terhadap kegiatan belajar daring tersebut. Sedangkan pendampingan dan keaktifan orang tua dalam menemai anak akan menentukan sejauh mana kegiatan belajar di rumah akan bermanfaat dan bermakna.

3.      Menanamkan pendidikan karakter menuju Profil Pelajar Pancasila berdasarkan konsep budaya Bali, yaitu Tri Hita Karana. Hal ini terlihat dari jurnal kebaikan yang dilakukan sehari-hari dimana pelibatan orang tua juga dilakukan ketika mengomentari kegiatan anaknya. Hal baik yang dilakukan seperti melakukan persembahyangan (Parahyangan), membantu orang tua di rumah seperti menyapu, menyetrika dll (pawongan), dan membersihkan lingkungan (Pawongan)

4.      Memberikan kebebasan peserta didik untuk berkarya sesuai minatnya dalam upaya menghemat energi. Ada yang mengumpulkan poster, ada artikel, ada pula yang mengumpulkan video. Tugas yang terkumpul sesuai potensi mereka.

5.      Peserta didik dilatih kemandiriannya saat mengerjakan tugas proyeknya dengan mencurahkan segala potensi yang dimiliki, mencari informasi dari berbagai literatur seperti buku, video youtube, ataupun searching pada Google

6.      Penerapan model PBJL disisipkan dengan pemberian materi secara kontekstual sesuai kehidupan nyata di Bali. Seperti konsep kearifan lokal perayaan Nyepi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, perubahan energi yang terjadi pada rindik, gong, obor dan konsep subak sebagai upaya pengoptimalan energi air dalam sistem pengairan di Bali.

 

1.4   REFLEKSI AKSI NYATA

Hal baik yang di dapat dari aksi nyata mewujudkan merdeka belajar tersebut adalah perlahan mengubah mind set penulis tentang pola pengajaran guru. Jika awalnya penulis selalu memberikan tugas melalui instruksi sekarang lebih diupayakan memberikan tuntunan tanpa melepaskan. Kesepakatan di awal pembelajaran diperlukan untuk menggali potensi peserta didik. Kemandirian akan terbentuk jika guru mampu mengarahkan peserta didik menuju kemandiriannya. Dari tuntunan tersebut akan tercipta kreativitas peserta didik sesuai potensi yang dimilikinya. Pelibatan orang tua sebagai sumber belajar mendapat apresiasi positif dari orang tua yang terlihat dari komentar orang tua pada jurnal kebaikan.

Kendala yang dialami, yaitu beberapa anak sering bertanya secara terus menerus tentang tugasnya satu persatu melalui WA pribadi. Karena pembelajaran tidak dilakukan secara tatap muka, maka kesulitan komunikasi memang menjadi tantangan segenap pihak. Tuntunan dan kesabaran guru diperlukan sebagai solusi permasalahan tersebut

 

1.5  RENCANA PERBAIKAN DI MASA MENDATANG

Kedepannya penulis akan menularkan hal-hal baik yang sudah dilakukan terkait penerapan merdeka belajar kepada rekan-rekan guru di sekolah. Secara berkala pada waktu rapat, seluruh guru diajak untuk melakukan refleksi tentang praktik baiknya mengajar. Sehingga dari refleksi tersebut akan muncul keberhasilan dan kelemahan yang perlu diperbaiki. Keberhasilan yang dialami guru akan menjadi kekuatan bagi sekolah untuk meningkatkan layanannya kepada peserta didik.

 

1.6  DOKUMENTASI KEGIATAN

* Klik Gambar supaya lebih jelas