Portal Pendidikan Rumah Belajar

Merdeka Belajarnya, Rumah Belajar Portalnya, Maju Indonesia.

Kuliah Umum Level 4 Bersama Mas Menteri

Bapak Ibu guru sekalian merupakan cikal dari guru-guru penggerak, guru-guru dengan inisiatif dan semangat tinggi untuk terus berpacu dengan tuntutan zaman.

Kamis, 03 Desember 2020

Merdeka Belajar Berlandaskan Tri Hita Karana

DEBAR TIKAR
MEWUJUDKAN NENG-NING-NUNG-NANG

Artikel 

Oleh:
Nyoman Sri Darmayanti, S.Pd
Calon Guru Penggerak Kabupaten Karangasem
Guru di SMP Negeri Satap Sangkan Gunung



1.1 LATAR BELAKANG

Guna mencapai visi murid merdeka, sekolah mengupayakan metode pendidikan yang relevan dengan kodrat zaman (perkembangan zaman) tanpa meninggalkan kodrat alam (budaya) tempat anak hidup dan tumbuh. Salah satu pesan Ki Hadjar Dewantara adalah Neng-Ning-Nung-Nang mengenai sikap dan perilaku manusia. Neng kependekan dari Meneng yang berarti diam dan tenang dengan perhatian untuk mendengar secara aktif, Ning kependekan dari Wening yang berarti jernih di hati dan pikiran, Nung kependekan dari Hanung yang berarti kebesaran hati dan jiwa. Nang yang berati Menang atau wewenang baik secara batiniah maupun lahiriah.

Gagasan Ki Hajar Dewantara dalam implementasinya disekolah, yakni pendidik hendaknya menciptakan kesenangan (neng), keheningan (ning), ketenangan (nang), dan renungan (nung).  Tugas pendidik menuntun secara relevan dan kontekstual mewujudkan murid merdeka sesuai kodratnya sendiri.  Untuk mewujudkan merdeka belajar, guru dapat berinovasi dengan mengintegrasikan budaya masyarakat Bali yang dikenal dengan Tri Hita Karana.

Masyarakat Bali memegang teguh konsep Tri Hita Karana dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Tri Hita Karana terdiri dari: Parahyangan yaitu hubungan yang seimbang antara manusia dengan Tuhan yang Maha Esa, Pawongan artinya hubungan yang harmonis antara manusia dengan manusia lainnya, dan Palemahan artinya hubungan yang harmonis antara manusia dengan lingkungan alam sekitarnya.

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis merancang aksi nyata berjudul “Debar Tikar Mewujudkan Neng-Ning-Nung-Nang”, dimana Debar Tikar merupakan kepanjangan dari merdeka belajar berbasis Tri Hita Karana.

Adapun tujuan dari pelaksanaan merdeka belajar berbasis Tri Hita Karana, yaitu (1) Mewujudkan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered), (2) menciptakan kesenangan (neng), keheningan (ning), ketenangan (nang), dan renungan (nung) melalui konsep Tri Hita Karana dalam pembentukan karakter peserta didik, (3) Terjalinnya hubungan erat antara pendidik dan peserta didik dalam mengkomunikasikan keinginan belajar, (4) Peserta didik lebih kreativas mencipta karya berdasarkan potensi yang dimilikinya.


1.2 DESKRIPSI AKSI NYATA

        Guna mewujudkan merdeka belajar yang berpihak pada murid di Kelas VII SMP Negeri Satap Sangkan Gunung, hal pertama yang penulis lakukan adalah membuat analisis diagnosis nonkognitif awal tentang pembelajaran menyenangkan yang diharapkan anak di dalam pembelajaran. Berdasarkan analisis nokognitif tersebut, dengan memperhatikan jawaban-jawaban terkait gaya belajar menyenangkan yang diharapkan peserta didik, pembelajaran dirancang menggunakan sintaks model Project Based Learning (PJBL) dengan mengintegrasikan sains lokal Bali pada tahap apersepsi dan penguatan konsep dengan memberikan contoh situasi dunia nyata peserta didik (konsep kenal lebih sayang).

        Upaya membiasakan karakter positif bagi anak-anak sekalipun dalam situasi belajar dari rumah dilakukan dengan jurnal kebaikan berlandaskan Tri Hita Karana. Berhubung situasi Pandemi saat ini, pemberian instruksi, pengumpulan jurnal, serta pemberian feedback dilakukan berbantuan platform Google Classroom. Anak-anak akan mengumpulkan jurnal yang divalidasi orang tua sebagai mitra penting sekolah dalam membangun karakater positif anak. Pengumpulan jurnal ini disertai tiga foto aktivitas positif berkaitan dengan kegiatan Parahyangan, Palemahan, dan Pawongan. Tentunya harus sinkron dengan apa yang tertulis di jurnal. Penulisan dilakukan dalam satu minggu. Sinergi antara wali kelas dan orang tua untuk mengecek jurnal anak setiap harinya sangat berperan dari suksesnya program edukasi ini. Peserta didik kelas VII saat memasuki Tahun Pelajaran 2020/2021 ini belum mengenal tentang Jurnal Kebaikan, maka disiapkan sesi khusus pada sesi vicon. dan selanjutnya diberikan instruksi awal juga pada Google Classroom.

        Proses mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan (neng) dilakukan dengan mengajak peserta didik belajar sambil bermain melalui games online dengan quizizz, TTS dan tebak-tebakkan gambar (cucoklogi). Produk kreativitas yang dikumpulkan sebagai tugas proyek disesuaikan dengan daya dukung dari peserta didik tanpa memaksa terkait bahan dan bentuknya. Kesepakatan dalam hal proses dan jadwal pengumpulan dilakukan di awal pembelajaran. Pendidik juga berkomunikasi dengan orang tua melalui komentar pada jurnal kebaikan yang dibuat dalam bentuk buku. Diskusi dilakukan melalui media WA, Platform Zoom untuk vicon, LMS Google Clasroom, dan Blog Pribadi Guru.

 

1.3 HASIL AKSI NYATA

Hasil yang diperoleh dari aksi nyata “Debar Tikar mewujudkan Neng-Ning-Nung-Nang” dapat dipaparkan sebagai berikut.

1. Guru mengembangkan inovasi pembelajaran yang berpihak pada murid (student centered). Sebagai tujuan merdeka belajar guru menelaah respon dari diagnosis non-kognitif awal pada google form. Peserta didik menyatakan tidak suka jika diberi tugas-tugas yang hanya menjawab soal terus. Hal tersebut menimbuklan kebosanan. Beranjak dari hal tersebut, keberpihakan yang dimaksud adalah mengubah instruksi menjadi kesepakatan-kesepakatan berdasarkan gaya belajar yang diinginkan peserta didik. Penekanan merdeka belajar pada kesanggupan menyelesaikan tugas proyek atas keinginan anak, kesanggupan untuk melibatkan orang tua sebagai sumber belajar dirumah, inovasi karya berdasarkan potensi yang dimiliki, dan kebebasan berpendapat saat mempresentasikan hasil karya dalam vicon.

2.  Respon siswa terkait usaha guru menciptakan kesenangan (neng) melalui games IPA sangatlah positif. Peserta didik sangat antusias mengikuti tournament quizizz dimana games dilakukan secara online. Mereka tertantang untuk belajar materi terlebih dahulu sebelum melakukan tournament. Kemudian TTS asik dan games mencocokkan gambar yang penulis buat sendiri membuat peserta didik mendapatkan ketenangan (nang) bahwa pembelajaran IPA tidak menakutkan walupun banyak rumus dan hitungan-hitungan.

3.  Kolaborasi antara guru dan orang tua terlihat dalam wawancara terkait pengeluaran bulanan pembayaran rekening air/listrik. Orang tua dilibatkan sebagai sumber informasi yang dimintai pendapatnya tentang cara mengoptimalkan penggunaan energy di rumah, pelestarian “Taru”. Peran guru dan orang tua memang mendasar dalam mendukung proses anak belajar di rumah. Keduanya mesti membangun kolaborasi demi memaksimalkan kegiatan belajar anak. Kreativitas guru dalam menghadirkan pembelajaran daring yang menarik dan menyenangkan akan sangat menentukan besarnya atensi siswa terhadap kegiatan belajar daring tersebut. Sedangkan pendampingan dan keaktifan orang tua dalam menemani anak akan menentukan sejauh mana kegiatan belajar di rumah akan bermanfaat dan bermakna.

4. Menanamkan pendidikan karakter menuju Profil Pelajar Pancasila berdasarkan konsep budaya Bali, yaitu Tri Hita Karana. Hal ini terlihat dari jurnal kebaikan yang dilakukan sehari-hari dimana pelibatan orang tua juga dilakukan ketika mengomentari kegiatan anaknya. Hal baik yang dilakukan seperti melakukan persembahyangan (Parahyangan), membantu orang tua di rumah seperti menyapu, menyetrika dll (pawongan), dan membersihkan lingkungan (Pawongan). Hal tersebut menciptakan kesenangan (neng), keheningan (ning), ketenangan (nang), dan renungan (nung) bagi peserta didik dalam menanamkan budhi dan pekerti. Hal tersebut sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara, yaitu pendidik wajib menuntun lakunya peserta didik, yang meliputi budhi dan pekerti.

5.  Penerapan model PJBL disisipkan dengan pemberian materi secara kontekstual sesuai kehidupan nyata di Bali. Seperti konsep kearifan lokal perayaan Nyepi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca yang menciptakan keheningan (ning), perubahan energi yang terjadi pada rindik, gong, obor dan konsep subak sebagai upaya pengoptimalan energi air dalam sistem pengairan di Bali menciptakan renungan (nung) dalam upaya melestarikan budaya local Bali sebagai kodrat alam (budaya tempatnya anak tumbuh)

 

1.4   REFLEKSI AKSI NYATA

Hal baik yang di dapat dari aksi nyata merdeka belajar berbasis Tri Hita Karana tersebut adalah perlahan mengubah mind set penulis tentang pola pengajaran guru. Jika awalnya penulis selalu memberikan tugas melalui instruksi sekarang lebih diupayakan memberikan tuntunan tanpa melepaskan. Kesepakatan di awal pembelajaran diperlukan untuk menggali potensi peserta didik. Dari tuntunan tersebut akan tercipta kreativitas peserta didik sesuai potensi yang dimilikinya. Tugas pendidik menuntun secara relevan dan kontekstual mewujudkan murid merdeka sesuai kodratnya sendiri. Hal tersebut menciptakan kesenangan (neng), keheningan (ning), ketenangan (nang), dan renungan (nung) bagi peserta didik dalam menanamkan budhi dan pekerti.

Kendala yang dialami, yaitu sulitnya menuntun peserta didik dalam kondisi belajar daring. Solusi yang dilakukan, yaitu karena tidak dapat bertatap muka secara langsung, pendidik harus ekstra sabar dalam memberikan tuntunan. Kendala dalam pelaksanaan belajar dari rumah diikhlaskan untuk tujuan menghamba pada murid di tengah pandemi.


1.5  RENCANA PERBAIKAN DI MASA MENDATANG

Kedepannya penulis akan menularkan hal-hal baik yang sudah dilakukan terkait penerapan merdeka belajar kepada rekan-rekan guru di sekolah. Secara berkala pada waktu rapat, seluruh guru diajak untuk melakukan refleksi tentang praktik baiknya mengajar. Sehingga dari refleksi tersebut akan muncul keberhasilan dan kelemahan yang perlu diperbaiki. Keberhasilan yang dialami guru akan menjadi kekuatan bagi sekolah untuk meningkatkan layanannya kepada peserta didik.


1.6  DOKUMENTASI KEGIATAN

Berikut ini merupakan dokumentasi kegiatan pembelajaran IPA melalui Debar Tikar. Klik masing-masing gambar supaya lebih jelas

















Minggu, 22 November 2020

Upacara Bendera yang Berpihak pada Murid dan Dinantikan

 

Modul 1.3.a.7
Demonstrasi Kontekstual - Menerapkan Inkuiri Apresiatif



Kamis, 19 November 2020

AKSI NYATA MERDEKA BELAJAR GURU PENGGERAK

 
KEMANDIRIAN BELAJAR DAN PENDAMPINGAN ORANG TUA  MELALUI  TEKNIK WAWANCARA SERTA PENGUMPULAN JURNAL KEBAIKAN
BERLANDASKAN TRI HITA KARANA
 

Oleh:

Nyoman Sri Darmayanti, S.Pd

Calon Guru Penggerak Kabupaten Karangasem

 

1.1 LATAR BELAKANG

Sejak merebaknya Coronavirus Disease (COVID-19), proses belajar mengajar di sekolah dihentikan dan diganti belajar dari rumah. Guru berupaya menghadirkan pembelajaran dalam jaringan (daring) yang dapat diakses peserta didik dari rumah masing-masing. Memang bukan hal mudah mengkondisikan anak belajar di rumah, apalagi menciptakan proses pembelajaran daring yang menarik, bermakna, dan menyenangkan.

Selain kreativitas dan inovasi pembelajaran online dari guru, salah satu syarat utama agar belajar dari rumah bisa maksimal adalah kemandirian peserta didik dalam belajar. Belajar dari rumah secara daring menjadi saat yang berharga untuk melatih anak mengembangkan  karakter sesuai profil pelajar Pancasila, yaitu (1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, (2) berkebinekaan global, (3) bergotong royong, (4) mandiri, (5) bernalar kritis dan (6) kreatif. Untuk mewujudkan profil pelajar pancasila, guru dapat berinovasi dengan mengintegrasikan budaya masyarakat Bali yang dikenal dengan Tri Hita Karana dalam pembelajaran.

Masyarakat Bali memegang teguh konsep Tri Hita Karana dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Tri Hita Karana terdiri dari: Parahyangan yaitu hubungan yang seimbang antara manusia dengan Tuhan yang Maha Esa, Pawongan artinya hubungan yang harmonis antara manusia dengan manusia lainnya, dan Palemahan artinya hubungan yang harmonis antara manusia dengan lingkungan alam sekitarnya. Konsep Tri Hita Karana dapat diterapkan anak ketika belajar dari rumah dengan mendokumentasikannya dalam jurnal. Kebaikan-kebaikan yang telah dilakukannya sehari-hari dicatat dengan jujur untuk membiasakan peserta didik berkegiatan positif di rumah.

Guna menjalankan peran sebagai pemimpin dalam pembelajaran yang berpihak pada murid, mandiri, inovatif, reflektif, dan kolaboratif guru penggerak dapat mengembangkan salah satu kompetensinya, yaitu melibatkan orang tua sebagai pendamping dan sumber belajar bagi anaknya di rumah.

Peran guru penggerak mewujudkan merdeka belajar dengan melibatkan pendampingan orang tua melatar belakangi penulis merancang aksi nyata di kelas VII SMP Negeri Satap Sangkan Gunung dengan judul “Kemandirian Belajar dan Pendampingan Orang Tua Melalui Teknik Wawancara serta Jurnal Kebaikan Berlandaskan Tri Hita Karana”.


1.2 DESKRIPSI AKSI NYATA

Guna mewujudkan merdeka belajar yang berpihak pada murid. Hal pertama yang penulis lakukan adalah membuat analisis diagnosis nonkognitif awal tentang pembelajaran menyenangkan yang diharapkan anak dan menyepakati adanya pelibatan orang tua di dalam pembelajaran. Diagnosis di awal pembelajaran ini dilakukan dengan membuat form melalui platform Google Form seperti pada gambar berikut.

* Klik gambar supaya lebih jelas

Setelah meninjau hasil form yang diisi oleh peserta didik kelas VII disepakati adanya pelibatan orang tua dalam pembelajaran pada materi energi dan perubahannya. Dimana teknik yang dilakukan adalah orang tua peserta didik menjadi narasumber yang diwawancarai tentang pemakaian energi listrik/air di rumahnya dengan mengacu pada rekening listrik bulanan keluarga kemudian membuat hasil laporan wawancara. Sebagai upaya memacu kreativitas peserta didik dalam berkarya diberikan kebebasan tugas proyek berupa himbauan untuk menghemat sumber-sumber energi. Proyek dapat berupa artikel, poster, atau video. Jadwal pengumpulan disepakati waktunya dengan mendiskusikannya pada grup WA kelas.

Berdasarkan analisis nokognitif tersebut, dengan memperhatikan jawaban-jawaban terkait gaya belajar menyenangkan yang diharapkan peserta didik, pembelajaran dirancang menggunakan sintaks model Project Based Learning (PJBL) dengan mengintegrasikan sains lokal Bali pada tahap apersepsi dan penguatan konsep dengan memberikan contoh situasi dunia nyata peserta didik (konsep kenal lebih sayang).

Upaya membiasakan karakter positif bagi anak-anak sekalipun dalam situasi belajar dari rumah dilakukan dengan jurnal kebaikan berlandaskan Tri Hita Karana. Berhubung situasi Pandemi saat ini, pemberian instruksi, pengumpulan jurnal, serta pemberian feedback dilakukan berbantuan platform Google Classroom. Anak-anak akan mengumpulkan jurnal yang divalidasi orang tua sebagai mitra penting sekolah dalam membangun karakater positif anak. Pengumpulan jurnal ini disertai tiga foto aktivitas positif berkaitan dengan kegiatan Parahyangan, Palemahan, dan Pawongan. Tentunya harus sinkron dengan apa yang tertulis di jurnal. Penulisan dilakukan dalam satu minggu. Sinergi antara wali kelas dan orang tua untuk mengecek jurnal anak setiap harinya sangat berperan dari suksesnya program edukasi ini. Peserta didik kelas VII saat memasuki Tahun Pelajaran 2020/2021 ini belum mengenal tentang Jurnal Kebaikan, maka disiapkan sesi khusus pada sesi vicon. dan selanjutnya diberikan instruksi awal juga pada Google Classroom seperti gambar berikut.

*Klik gambar supaya lebih jelas


1.3 HASIL AKSI NYATA

Hasil yang diperoleh dari aksi nyata “Kemandirian Belajar dan Pendampingan Orang Tua Melalui Teknik Wawancara serta Jurnal Kebaikan Berlandaskan Tri Hita Karana”.

dapat dipaparkan sebagai berikut.

1.      Guru dapat mengembangkan inovasi pembelajaran yang berpihak pada murid sebagai tujuan merdeka belajar. Keberpihakan yang dimaksud adalah mengubah instruksi menjadi kesepakatan-kesepakatan berdasarkan gaya belajar yang diinginkan peserta didik. Penekanan merdeka belajar pada kesanggupan untuk melibatkan orang tua sebagai sumber belajar dirumah, inovasi karya berdasarkan potensi yang dimiliki, dan kebebasan berpendapat saat mempresentasikan hasil karya dalam vicon.

2.      Kolaborasi antara guru dan orang tua terlihat dalam wawancara terkait pengeluaran bulanan pembayaran rekening air/listrik. Orang tua dilibatkan sebagai sumber informasi yang dimintai pendapatnya tentang cara mengoptimalkan penggunaan energy di rumah. Peran guru dan orang tua memang mendasar dalam mendukung proses anak belajar di rumah. Keduanya mesti membangun kolaborasi demi memaksimalkan kegiatan belajar anak. Kreativitas guru dalam menghadirkan pembelajaran daring yang menarik dan menyenangkan akan sangat menentukan besarnya atensi siswa terhadap kegiatan belajar daring tersebut. Sedangkan pendampingan dan keaktifan orang tua dalam menemai anak akan menentukan sejauh mana kegiatan belajar di rumah akan bermanfaat dan bermakna.

3.      Menanamkan pendidikan karakter menuju Profil Pelajar Pancasila berdasarkan konsep budaya Bali, yaitu Tri Hita Karana. Hal ini terlihat dari jurnal kebaikan yang dilakukan sehari-hari dimana pelibatan orang tua juga dilakukan ketika mengomentari kegiatan anaknya. Hal baik yang dilakukan seperti melakukan persembahyangan (Parahyangan), membantu orang tua di rumah seperti menyapu, menyetrika dll (pawongan), dan membersihkan lingkungan (Pawongan)

4.      Memberikan kebebasan peserta didik untuk berkarya sesuai minatnya dalam upaya menghemat energi. Ada yang mengumpulkan poster, ada artikel, ada pula yang mengumpulkan video. Tugas yang terkumpul sesuai potensi mereka.

5.      Peserta didik dilatih kemandiriannya saat mengerjakan tugas proyeknya dengan mencurahkan segala potensi yang dimiliki, mencari informasi dari berbagai literatur seperti buku, video youtube, ataupun searching pada Google

6.      Penerapan model PBJL disisipkan dengan pemberian materi secara kontekstual sesuai kehidupan nyata di Bali. Seperti konsep kearifan lokal perayaan Nyepi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, perubahan energi yang terjadi pada rindik, gong, obor dan konsep subak sebagai upaya pengoptimalan energi air dalam sistem pengairan di Bali.

 

1.4   REFLEKSI AKSI NYATA

Hal baik yang di dapat dari aksi nyata mewujudkan merdeka belajar tersebut adalah perlahan mengubah mind set penulis tentang pola pengajaran guru. Jika awalnya penulis selalu memberikan tugas melalui instruksi sekarang lebih diupayakan memberikan tuntunan tanpa melepaskan. Kesepakatan di awal pembelajaran diperlukan untuk menggali potensi peserta didik. Kemandirian akan terbentuk jika guru mampu mengarahkan peserta didik menuju kemandiriannya. Dari tuntunan tersebut akan tercipta kreativitas peserta didik sesuai potensi yang dimilikinya. Pelibatan orang tua sebagai sumber belajar mendapat apresiasi positif dari orang tua yang terlihat dari komentar orang tua pada jurnal kebaikan.

Kendala yang dialami, yaitu beberapa anak sering bertanya secara terus menerus tentang tugasnya satu persatu melalui WA pribadi. Karena pembelajaran tidak dilakukan secara tatap muka, maka kesulitan komunikasi memang menjadi tantangan segenap pihak. Tuntunan dan kesabaran guru diperlukan sebagai solusi permasalahan tersebut

 

1.5  RENCANA PERBAIKAN DI MASA MENDATANG

Kedepannya penulis akan menularkan hal-hal baik yang sudah dilakukan terkait penerapan merdeka belajar kepada rekan-rekan guru di sekolah. Secara berkala pada waktu rapat, seluruh guru diajak untuk melakukan refleksi tentang praktik baiknya mengajar. Sehingga dari refleksi tersebut akan muncul keberhasilan dan kelemahan yang perlu diperbaiki. Keberhasilan yang dialami guru akan menjadi kekuatan bagi sekolah untuk meningkatkan layanannya kepada peserta didik.

 

1.6  DOKUMENTASI KEGIATAN

* Klik Gambar supaya lebih jelas













Rabu, 18 November 2020

KERAJINAN DARI SERAT KELAS VII MATA PELAJARAN PRAKARYA

KOMPETENSI DASAR 3.1 dan 4.1

  • Memahami pengetahuan tentang jenis, karakter, dan teknik pengolahan serat alam dan tekstil
  • Menentukan jenis bahan dan teknik pengolahan serat alam dan tekstil yang sesuai dengan potensi daerah setempat

TUJUAN PEMBELAJARAN

  1. Melalui studi literasi peserta didik memahami tentang jenis, karakter, dan teknik pengolahan serat alam dan tekstil
  2. Melalui pengamatan di lingkungan sekitar, peserta didik dapat menentukan jenis bahan dan teknik pengolahan serat alam dan tekstil yang sesuai dengan potensi daerah setempat.
KEGIATAN PEMBELAJARAN KLIK DISINI

MATERI 

1. Serat Alam
Serat alam terdiri dari beberapa jenis yaitu:
  • Serat tumbuhan atau serat pangan, umumnya tersusun dengan hemiselulosa, selulosa dan juga mengandung lignin. Misalnya kain katun dan rami. Serat ini dapat dipakai untuk bahan dalam pembuatan kertas dan tekstil serta penting juga sebagai nutrisi manusia.
  • Serat hewan, pada umumnya tersusun atasprotein tertentu. Contohnya serat dari bulu domba yang akan menjadi wol dan ulat yang akan menjadi
  • Serat kayu, yang berasal dari batang tumbuhan berkayu.
  • Serat mineral, biasanya terbuat dari abestos. Abestos merupakan salah satu jenis mineral alami yang terletak dalam bentuk jaringan panjang.
Contoh Kerajinan dari serat tumbuhan:

Vas bunga dari serabut kelapa

Dompet  dari daun pandan

   Tas dari Enceng Gondok
Tas dari Daun Pandan
Tempat Pensil dari Pelepah Pisang
    
                                                      Boneka dari Kulit Jagung


                                                         Boneka dari Benang Wol
2. Serat Buatan
  1. Keseluruhannya dibuat dari bahan kimia, seperti fenol (batu bara), udara dan air yang menghasilkan serat poliamida, misalnya nylon, brinilon, enkalon, ban-lon, taslon dan sebagainya).
  2. Asam tereptalik, etilen glikol (bahan bakar minyak) menghasilkan serat polyester, misalnya terilin, dakron, trevira, tetoron dan sebagainya.
  3. Gabungan gas alam dan udara disebut akrilonitril, menghasilkan serat akrilik, misalnya dralon, orlon, courtelle dan sebagainya.
  4. Serat-serat buatan bersifat termoplastik, sehingga mudah terlipat atau melekuk ketika dipanasi dan tetap bentuknya ketika di-set.
Syarat Perancangan Benda Kerajinan

Dalam pembuatan produk kerajinan perlu memahami dahulu seperti apa membuat karya yang berkualitas, maka dalam proses penciptaannya harus mengacu pada persyaratan. Adapun syarat-syarat perancangan benda kerajinan sebagai berikut.

1. Kegunaan (Utility)
Benda kerajinan harus mengutamakan nilai praktis, yaitu dapat digunakan sesuai dengan fungsi dan kebutuhan. Contoh mangkuk untuk wadah sayur.

2. Kenyamanan (Comfortable)
Benda kerajinan harus menyenangkan dan memberi kenyamanan bagi pemakainya. Contoh cangkir didesain ada pegangannya.

3. Keluwesan (Flexibility)
Benda kerajinan harus memiliki keserasian antara bentuk dan wujud benda dengan nilai gunanya. Contoh sepatu sesuai dengan anatomi dan ukuran kaki.

4. Keamanan (Safety)
Benda kerajinan tidak boleh membahayakan pemakainya. Contoh piring dari serat kelapa harus mempertimbangkan komposisi zat pelapis/pewarna yang dipakai agar tidak berbahaya jika digunakan sebagai wadah makanan.

5. Keindahan (Aestetic)
Benda yang indah mempunyai daya tarik lebih dibanding benda yang biasa-biasa saja. Keindahan sebuah benda dapat dilihat daribeberapa hal, di antaranya dari bentuk, hiasan atau ornamen, dan bahan bakunya.
Video Pembelajaran Macam-Macam Serat Alam dan Contoh Kerajinan 

"SEMANGAT BELAJAR"
"JAGA IMAN DAN  IMUN"

Kamis, 22 Oktober 2020

MENGUBAH MIND SET TENTANG PEMBELAJARAN SESUAI KONSEP KI HAJAR DEWANTARA

SAYA LUPA, SAYA DIINGATKAN, DAN SAYA BERGERAK.

Salam dan Bahagia 

Perkenalkan, saya Nyoman Sri Darmayanti,  seorang guru IPA di SMP Negeri Satu Atap yang berada di daerah Sangkan Gunung, sebuah wilayah perbukitan di daerah Karangasem, Provinsi Bali. Berikut ini adalah video karya saya tentang simpulan dan refleksi setelah saya membaca modul Filosofi Ki Hajar Dewantara.


Video Sintesis dan Refleksi Pemikiran Ki Hajar Dewantara

Sebelum saya belajar konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara, saya merasa bahwa anak didik saya adalah obyek, yang harus disuapi di setiap gerak-gerik belajarnya di sekolah. Saya beranggapan bahwa anak didik saya di sekolah adalah kertas kosong dimana saya sibuk menulisi kertas tesebut supaya indah. Saya sangat jengkel jika ada anak yang malas belajar, tidak memperhatikan guru mengajar di kelas, dan tidak mengumpulkan tugas. Saya menyimpulkan anak-anak  tersebut tidak memiliki ketertarikan untuk belajar dalam pembelajaran saya. Saya merasa mereka adalah anak-anak yang malas sehingga tidak memiliki niat belajar. 

Selama ini pengajaran yang saya lakukan hanya menuntut perkembangan kognitif anak, saya sebagai guru harus diikuti kehendaknya oleh sang anak dalam belajar.  Selama ini saya merencanakan program pembelajaran atas kreasi dan pertimbangan saya sendiri. Anak hanya saya jadikan obyek, bukan subyek belajar. Saya belum bertanya kepada peserta didik saya "Apa yang kalian harapkan dari pembelajaran IPA di kelas saya?", Hal yang lain yang terlewati adalah pertanyaan "Bagaimana gaya belajar yang ingin kalian dapatkan dari saya sebagai penuntun di kelas ini?"


*Klik Gambar Supaya Lebih Jelas

Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku saya setelah belajar Konsep Pemikiran Ki Hajar Dewantara? Berikut ini catatan kecil perubahan konsep pengajaran yang saya akan lakukan. 

*Klik Gambar Supaya Lebih Jelas

Pertama, Proses pembelajaran di kelas saya berlandaskan sistem "Among". Pembelajaran yang dilakukan di kelas bertujuan untuk mendidik anak sebagai subyek bukan obyek (anak adalah pusat pendidikan).  Anak adalah kertas yang samar-samar telah terisi coretan-coretan, tugas pendidik hanya menebalkan tulisan tersebut. 

Pendidik ibarat petani yang akan merawat bibit dengan cara menyiangi gulma disekitarnya, memberi air, memberi pupuk agar kelak berbuah lebih baik dan lebih banyak, namun petani tidak mungkin mengubah bibit mangga menjadi berbuah anggur. Itulah kodrat alam atau dasar yang harus diperhatikan dalam Pendidikan dan itu diluar kecakapan dan kehendak kaum pendidik. Sedang Pengajaran adalah Pendidikan dengan cara memberi ilmu atau pengetahuan agar bermanfaat bagi kehidupan lahir dan batin.


*Klik Gambar Supaya Lebih Jelas

Kedua, sistem Merdeka Belajar dimana pembelajaran yang dilakukan pendidik hendaknya menciptakan kesenangan (neng), keheningan (ning), ketenangan (nang), dan renungan (nung). Pendidik sebagai Tut Wuri Handayani berperan dalam menuntun, mengasuh, membimbing anak sesuai kodratnya agar jiwanya merdeka lahir dan bathin. Kemerdekaan yang dimaksud adalah kemerdekaan yang dibarengi dengan nilai-nilai kearifan lokal untuk menjalankan ketertiban dalam hidup bersama. Dalam pembelajaran di kelas, pendidik memberikan kebebasan pada anak dalam memilih gaya belajar yang mereka sukai dari yang tadinya hanya menuruti instruksi. 

Pendidik  harus “Luas dan luwes”. Luas berarti memberikan kesempatan yang selebar-lebarnya kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi-potensi dirinya seoptimal mungkin, sementara luwes berarti tidak kaku dalam pelaksanaan metode dan strategi pendidikan. 

*Klik Gambar Supaya Lebih Jelas

Ketiga, Belajar dengan Dolanan.  Pengajaran yang dilakukan di sekolah diselipi dengan mengembangkan garis kodrat anak, yaitu anak menyukai permainan. Jadi pembelajaran harus diselipi dengan dolanan anak sesuai dengan budaya setempat dan simulasi seperti permainan meong-meong, bermain congklak, atau megala-gala.

*Klik Gambar Supaya Lebih Jelas

Keempat,  Integrasi budaya lokal dalam pembelajaran. Supaya tidak sulit memahami materi, contoh-contoh diusahakan mencari yang kontekstual atau dekat dengan kehidupan nyata peserta didik. Menurut Ki Hadjar Dewantara, kebudayaan itu tidak pernah mempunyai bentuk yang abadi, tetapi terus-menerus berganti-ganti wujudnya; ini disebabkan karena berganti-gantinya alam dan zaman. Dalam berbagai kegiatan di sekolah tentunya tak lepas dari kegiatan pengembangan aspek budaya lokal. 

Di bawah ini adalah beberapa kegiatan pengintegrasian budaya lokal dalam kegiatan sekolah yang penah saya laksanakan. 






Kelima, Penciptaan Budi Pekerti dimulai dari pendidik memberikan contoh yang positif (Ing Ngarsa sung tulada). Memberikan ide atau semangat (Ing Madya Mangun Karsa), dan memberikan dorongan dari belakang (Tut Wuri Handayani). Hal ini sesuai dengan Trilogi Pendidikan Ki Hajar Dewantara. 



*Klik Gambar Supaya Lebih Jelas

Penciptaan budi pekerti sejalan dengan pendidikan karakter. Pendidikan karakter untuk mempersiapkan generasi penerus bangsa harus dimulai sedini mungkin bagi seluruh anak bangsa. Pemikiran Ki Hadjar yang menarik bagi Pendidikan untuk membangun bangsa Indonesia adalah Wirama yaitu sifat tertib serta hidupnya laku yang indah sehingga dapat memberi rasa senang dan bahagia. Wirama itu tidak lepas dari kodrat alam seperti keteraturan alam, keindahan alam, sifat alami alam yang ritmik. 

Apa yang bisa saya lakukan untuk mewujudkan perubahan tersebut?

Di bawah ini tertuang hal-hal yang bisa saya kerjakan sesegera mungkin untuk mewujudkan perubahan mereka belajar yang saya impikan.

  1. Keluar dari zona nyaman saya sebagai guru dengan cara mengubah mind set saya selaku pendidik tentang proses belajar dimana guru tidak perlu mendominasi namun lebih memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan potensinya sesuai keunikan yang ada dalam dirinya. Langkah awal dengan melakukan  diagnosis non kognitif awal tentang cara belajar yang disukai anak, apa tugas yang disukai anak. Memilih model pembelajaran yang tepat dengan mempertimbangkan potensi peserta didik, potensi lingkungan, dan karakteristik materi pembelajaran. Jika memberikan tugas proyek guru menuntun kebebasan dalam proses, cara, dan penjadwalan waktu. (Menuntun tanpa melepaskan)
  2. Menggali ide-ide kreatif mengintegrasikan permainan-permainan tradisional dalam kegiatan sekolah seperti megala-gala, meong-meong, dll. 
  3. Mengintegrasikan sains lokal dan sains modern dalam pembelajaran. Contoh-contoh yang diambil dalam memberikan materi tidak jauh dari kehidupan nyata peserta didik. 


*Klik Gambar Supaya Lebih Jelas

Tentunya untuk mewujudkan pendidikan berdasarkan sistem among, saya memerlukan berbagai dukungan dari segenap pihak. Hal ini sesuai dengan Tri Pusat Pendidikan, yaitu:
1. Lingkungan keluarga dari peserta didik
2. Lingkungan sekolah
3. Lingkungan masyarakat

*Klik Gambar Supaya Lebih Jelas

Dalam pelaksanaan merdeka belajar saya mengintegrasikan budaya lokal masyarakat Bali, yaitu konsep TRI HITA KARANA untuk mengajarkan konsep pendidikan karakter sesuai Profil Pelajar Pancasila. Berikut videonya. 
Integrasi Budaya Lokal dalam Pendidikan 

Ini adalah Rancangan aksi nyata yang akan saya laksanakan di kelas/sekolah saya untuk mewujudkan Pemikiran dari Ki Hajar Dewantara.


Profil Pelajar Pancasila yang saya angkat dalam diskusi kelompok adalah Gotong royong.