Anak bukanlah kertas kosong. Mereka memiliki berbagai keunikan dan potensi. Tugas guru dan orang tua menumbuhkan potensi anak (Mang_Darma 2021).
Salam dan Bahagia
Menjadi guru penggerak angkatan pertama dari kabupaten Karangasem, Provinsi Bali di masa pandemi Covid-19 sangatlah menantang. Memang bukan perkara mudah mengkondisikan anak belajar daring dari rumah. Apalagi menciptakan proses belajar daring yang bermakna, menarik, dan menyenangkan. Pandemi mengajarkan saya menjadi guru IPA milenial yang bersabar menuntun keunikan karakter murid saya.
Berawal dari kecintaan pada murid saya di SMP Negeri Satu Atap Sangkan Gunung, saya berkeinginan terus mengisi gelas kosong diri dengan kucuran ilmu pengetahuan. Tantangan di masa pandemi membuahkan praktik baik pembelajaran yang berpihak pada murid, yaitu “Merdeka Belajar Mewujudkan Neng-Ning-Nung-Nang"
Guna mewujudkan merdeka belajar yang digaungkan oleh Mas Menteri, saya mengupayakan metode pendidikan yang relevan dengan kodrat zaman (perkembangan zaman) tanpa meninggalkan kodrat alam (budaya) tempat anak hidup dan tumbuh. Salah satu pesan Ki Hadjar Dewantara yang saya ingat adalah adalah Neng-Ning-Nung-Nang mengenai sikap dan perilaku manusia. Neng kependekan dari Meneng yang berarti diam dan tenang dengan perhatian untuk mendengar secara aktif. Ning kependekan dari Wening yang berarti jernih di hati dan pikiran. Nung kependekan dari Hanung yang berarti kebesaran hati dan jiwa. Nang yang berati Menang atau wewenang baik secara batiniah maupun lahiriah.
Gagasan Ki Hajar Dewantara dalam implementasinya disekolah, yakni pendidik hendaknya menciptakan kesenangan (Neng), keheningan (Ning), ketenangan (Nang), dan renungan (Nung). Tugas pendidik menuntun secara relevan dan kontekstual mewujudkan murid merdeka sesuai kodratnya sendiri. Untuk mewujudkan merdeka belajar, guru dapat berinovasi dengan mengintegrasikan budaya masyarakat dalam pembelajaran dengan menggunakan teknologi digital sebagai medianya.
Keberpihakan pada murid kelas VII pada mata pelajaran IPA di kelas saya pada masa pandemi, dirancang dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi yang diintegrasikan dengan pembelajaran sosial emosional memanfaatkan teknologi digital.
Video dokumentasi merdeka belajar (Dok: admin sahabatsains.com )
Adapun tujuan dari pelaksanaan merdeka belajar, yaitu (1) Mewujudkan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered), (2) menciptakan kesenangan (Neng), keheningan (Ning), ketenangan (Nang), dan renungan (Nung) melalui konsep Tri Hita Karana dalam pembentukan karakter peserta didik, (3) Terjalinnya hubungan erat antara pendidik dan peserta didik dalam mengkomunikasikan keinginan belajar, (4) Peserta didik lebih kreativas mencipta karya berdasarkan potensi yang dimilikinya melalui pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional.
Langkah pertama yang saya lakukan adalah membuat analisis diagnosis nonkognitif awal tentang pembelajaran menyenangkan yang diharapkan anak mengikuti pembelajaran di masa pandemi. Berdasarkan diagnosis nokognitif tersebut, dengan memperhatikan jawaban jawaban terkait gaya belajar menyenangkan yang diharapkan peserta didik, pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran berdiferensiasi terintegrasi dengan pembelajaran sosial emosional. Caranya dengan mengintegrasikan sains lokal Bali pada tahap apersepsi dan penguatan konsep dengan memberikan contoh situasi dunia nyata peserta didik (konsep kenal lebih sayang).
Form diagnosis nonkognitif yang dibuat dengan memanfaatkan aplikasi Google Form
(Dok: admin sahabatsains.com)
Upaya membiasakan karakter positif bagi anak-anak sekalipun dalam situasi belajar dari rumah dilakukan dengan jurnal kebaikan. Berhubung situasi Pandemi saat ini, pemberian instruksi, pengumpulan jurnal, serta pemberian feedback dilakukan berbantuan platform Google Classroom. Anak-anak akan mengumpulkan jurnal yang divalidasi orang tua sebagai mitra penting sekolah dalam membangun karakater positif anak. Pengumpulan jurnal ini disertai tiga foto aktivitas positif. Tentunya harus sinkron dengan apa yang tertulis di jurnal. Penulisan dilakukan dalam satu minggu.
Kegiatan kebaikan sehari-hari (Dok: admin sahabatsains.com )
Jurnal kebaikan
(Dok: admin sahabatsains.com)
Mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan (Neng), peserta didik diajak melakukan games online dengan quizizz, TTS dan tebak-tebakkan gambar. Produk kreativitas yang dikumpulkan sebagai tugas proyek disesuaikan dengan daya dukung dari peserta didik tanpa memaksa terkait bahan dan bentuknya. Kesepakatan dalam hal proses dan jadwal pengumpulan dilakukan di awal pembelajaran. Pendidik juga berkomunikasi dengan orang tua melalui komentar pada jurnal kebaikan yang dibuat dalam bentuk buku. Diskusi dilakukan melalui media WA, Platform Zoom untuk vicon, LMS Google Clasroom, dan Blog Pribadi Guru.
Respon siswa terkait usaha guru menciptakan kesenangan (Neng) melalui games IPA sangatlah positif. Peserta didik sangat antusias mengikuti tournament Quizizz dimana games dilakukan secara online. Mereka tertantang untuk belajar materi terlebih dahulu sebelum melakukan tournament. Kemudian TTS asik dan games mencocokkan gambar yang penulis buat sendiri membuat peserta didik mendapatkan ketenangan (Nang) bahwa pembelajaran IPA tidak menakutkan walupun banyak rumus dan hitungan-hitungan.
Kolaborasi antara guru dan orang tua terlihat dalam wawancara terkait pengeluaran bulanan pembayaran rekening air/listrik. Orang tua dilibatkan sebagai sumber informasi yang dimintai pendapatnya tentang cara mengoptimalkan penggunaan air/listrik di rumah, pelestarian “Taru”. Peran guru dan orang tua memang mendasar dalam mendukung proses anak belajar di rumah. Keduanya mesti membangun kolaborasi demi memaksimalkan kegiatan belajar anak. Kreativitas guru dalam menghadirkan pembelajaran daring yang menarik dan menyenangkan akan sangat menentukan besarnya atensi siswa terhadap kegiatan belajar daring tersebut. Sedangkan pendampingan dan keaktifan orang tua dalam menemani anak akan menentukan sejauh mana kegiatan belajar di rumah akan bermanfaat dan bermakna.
Wawancara dimana orang tua adalah sumber belajar di rumah
(Dok: admin sahabatsains.com)
Orang tua diwawancarai oleh anaknya sebagai sumber belajar terkait konten secara kontekstual
Jurnal kebaikan menanamkan pendidikan karakter menuju Profil Pelajar Pancasila berdasarkan konsep budaya Bali, yaitu Tri Hita Karana. Pelibatan orang tua juga dilakukan ketika mengomentari kegiatan anaknya pada jurnal kebaikan. Hal baik yang dilakukan seperti melakukan persembahyangan (Parahyangan), membantu orang tua di rumah seperti menyapu, menyetrika dll (Pawongan), dan membersihkan lingkungan (Pawongan). Hal tersebut menciptakan kesenangan (Neng), keheningan (Ning), ketenangan (Nang), dan renungan (Nung) bagi peserta didik dalam menanamkan budhi dan pekerti. Hal tersebut sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara, yaitu pendidik wajib menuntun lakunya peserta didik, yang meliputi budhi dan pekerti.
Pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha menyesuaikan proses pembelajaran IPA di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu. Penerapan pembelajaran berdiferensiasi dilaksanakan di kelas VII pada materi interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya. Proses pembelajaran yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan belajar peserta didik dan mencapai hasil yang optimal dilakukan dengan melakukan pemetaan kebutuhan belajar murid melalui diagnosis non kognitip di awal pembelajaran barulah selanjutnya menyusun Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP).
Berdasarkan hasil analisis terhadap kebutuhan belajar peserta didik, strategi pembelajaran berdiferensiasi yang dipilih yaitu diferensiasi konten, diferensiasi proses, dan diferensiasi produk. Diferensiasi konten merujuk pada strategi membedakan pengorganisasian dan format penyampaian konten. Konten adalah materi pengetahuan, konsep, dan keterampilan yang perlu dipelajari murid berdasarkan kurikulum. Diferensiasi konten yang dilakukan peserta didik adalah menyampaikan kedalaman konsep yang telah dipelajarinya dalam produk karyanya. Diferensiasi proses yang dilakukan adalah menggunakan berbagai media pembelajaran dalam menjelaskan konten. Saya menggunakan blog, video pembelajaran, dan infografis dalam menyampaikan konten berdasarkan kebebasan pada minat anak belajar berdasarkan profil belajarnya. Sedangkan pada diferensiasi produk dilakukan strategi modifikasi hasil belajar murid, hasil latihan, penerapan dan pengembangan yang telah dipelajarinyaDok: admin sahabatsains.com )
Hasil diferensiasi produk karya siswa kelas VII (Pembelajaran diferensiasi konten, proses dan produk diitegrasikan juga dalam mengoptimalkan kompetensi sosial emosional. Teknik integrasi yang dilakukan dengan menerapkan teknik STOP, menebak gambar emosi, serta membuat jurnal sahabat sains sebagai jurnal refleksi diri.
Dok: admin sahabatsains.com
Selengkapnya dokumentasi pembelajaran berdiferensiasi dan sosial emosional dapat dilihat [DISINI]
Dokumentasi kegiatan mengukur dilakukan di alam secara kontekstual
Dok: admin sahabatsains.com
Hal baik yang di dapat dari merdeka belajar berbasis Tri Hita Karana tersebut adalah perlahan mengubah mind set tentang pola pengajaran guru. Jika awalnya saya selalu memberikan tugas melalui instruksi sekarang lebih diupayakan memberikan tuntunan tanpa melepaskan. Kesepakatan di awal pembelajaran diperlukan untuk menggali potensi peserta didik. Dari tuntunan tersebut akan tercipta kreativitas peserta didik sesuai potensi yang dimilikinya. Tugas pendidik menuntun secara relevan dan kontekstual mewujudkan murid merdeka sesuai kodratnya sendiri. Hal tersebut menciptakan kesenangan (Neng), keheningan (Ning), ketenangan (Nang), dan renungan (Nung) bagi peserta didik dalam menanamkan budhi dan pekerti. Kendala yang dialami, yaitu sulitnya menuntun peserta didik dalam kondisi belajar daring. Solusi yang dilakukan, yaitu karena tidak dapat bertatap muka secara langsung, pendidik harus ekstra sabar dalam memberikan tuntunan. Kendala dalam pelaksanaan belajar dari rumah diikhlaskan untuk tujuan menghamba pada murid di tengah pandemi.
Refleksi positif yang diperoleh dari “Debar Tikar mewujudkan Neng-Ning-Nung-Nang” dapat dijadikan praktik baik untuk diadopsi disekolah lain dengan memanfaatkan filosofi budaya daerah masing-masing tempat anak tumbuh. Kebaikan pembelajaran, yaitu guru mengembangkan inovasi pembelajaran yang berpihak pada murid (student centered), muridlah subjek bukan objek. Keberpihakan yang dimaksud adalah mengubah instruksi menjadi kesepakatan-kesepakatan berdasarkan gaya belajar yang diinginkan peserta didik. Penekanan merdeka belajar pada kesanggupan menyelesaikan proyek atas keinginan anak, kesanggupan untuk melibatkan orang tua sebagai sumber belajar di rumah, inovasi karya berdasarkan potensi yang dimiliki, dan kebebasan berpendapat saat mempresentasikan hasil karya dalam vicon.
CATATAN GURU PENGGERAK
(Belajar-Bergerak-Berbagi Untuk Negeri)
Seorang
petani (dalam hakikatnya sama kewajibannya dengan seorang pendidik) yang
menanam padi misalnya, hanya dapat menuntun tumbuhnya padi, ia dapat
memperbaiki kondisi tanah, memelihara tanaman padi, memberi pupuk dan air,
membasmi ulat-ulat atau jamur-jamur yang mengganggu hidup tanaman padi dan lain
sebagainya. Meskipun pertumbuhan tanaman pada dapat diperbaiki, tetapi ia tidak
dapat mengganti kodrat iradatnya padi. Misalnya, ia tak akan dapat menjadikan
padi yang ditanamnya itu tumbuh sebagai jagung. Selain itu, ia juga tidak dapat
memelihara tanaman padi tersebut seperti hanya cara memelihara tanaman kedelai
atau tanaman lainnya. Memang benar, ia dapat memperbaiki keadaan padi yang
ditanam, bahkan ia dapat juga menghasilkan tanaman padi itu lebih besar
daripada tanaman yang tidak dipelihara, tetapi mengganti kodrat padi itu tetap
mustahil. Demikianlah Pendidikan itu, walaupun hanya dapat ‘menuntun’, akan
tetapi faedahnya bagi hidup tumbuhnya anak-anak sangatlah besar.
Pola pembelajarannya saya suka karena berbasis budaya lokal
BalasHapusSeyogyanya memang pendidikan itu adalah proses memanusiakan manusia, sentuhan humanis harus dikedepankan dalam mendidik. Persiapkanlah anak didik tumbuh untuk menjadi dirinya sendiri.
BalasHapusSangat inspiratif sekali artikelnya. Perancangan, proses dan produk pembelajaran terdeskripsi dengan jelas. Integrsi kearifan lokal Tri Hita Karana juga sangat menarik sekali. Peran orang tua juga tergambar jelas. Benar-benar pembelajaran yang mengoptimalkan semua aset pembelajaran. Terimakasih inspirasinya.
BalasHapusTantanga bagi guru untuk terus menciptakan pembelajaran berpihak pada murid..dan ini sangat luar biasa dengan mengangjat budaya lokal yang sudah ada...terima kasih inspirasinya
BalasHapusMantap dan menginspirasi srik...terus berkarya
BalasHapusseteju sekali
HapusSaya senang membaca tulisannya, sangat menginspirasi dan memberikan gambaran bagaimana hubungan baik yang dibangun antara guru, murid dan orang tua.
BalasHapusSangat menginspirasi pembelajarab di blog ini
BalasHapusSangat inovatif, dan inspiratif, menambah pengalaman baru, bagi saya sebagai pendidik
BalasHapusSetuju, ...mendidik memang seperti memelihara tanaman, butuh kesabaran, usaha, dan bisa mengetahaui cara bagaimana harus melakukannya.
BalasHapusDengan membaca blog ini, sangat membantu untuk menambah wawasan saya,
BalasHapusSemangat ibu dan terus berkarya.
Kerenn Sri👍👍sangat inspiratif, menambah ilmu dan wawasan.sll semangat untuk trus berkarya sri
BalasHapusKeren memang ibu ini. Teruslah menginspirasi 👍
BalasHapusTerinspirasi untuk mengembangkan di kelas yg saya ajar👍
BalasHapusMantap Ibu
BalasHapusPraktik baik yg sangat menarik. Mampu memberikan inspirasi dalam proses pembelajaran. Sekaligus mempertahankan tradisi dan lokal wisdom dari Pulau Bali. Terimakasih ibu idenya sangat kreatif dan inovatif. Tetap berkreasi menghasilkan karya-karya terbaik untuk meningkatkan mutu pendidikan.
BalasHapusPraktik baik yang ibu lakukan sangat menginspirasi. Mantap
BalasHapusIbu Nyoman selalu menginspirasi. Terima kasih sharing ilmunya, sangat bermanfaat🙏🙏🙏
BalasHapusIdenya sangat bagus dan aplikasinya mengena pada pelayanan kepada peserta didik. Terima kasih berbaginya
BalasHapusTerimakasih bapak/ibu pendidik atas atensinya berkunjung ke sahabatsains.com. Semoga makin semangat menuntun murid kita
BalasHapus